Tutup
Ekonomi

Dana Asing Minim Keluar, IHSG Tak Separah Krisis 1998

×

Dana Asing Minim Keluar, IHSG Tak Separah Krisis 1998

Sebarkan artikel ini
BEI mengungkap IHSG saat pandemi corona tidak lebih buruk bila dibandingkan saat krisis moneter 1998 dan krisis keuangan 2008. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A).

Jakarta, Kabar Selebes— PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di tengah pandemi virus corona atau covid-19 sejatinya tidak lebih buruk bila dibandingkan saat krisis moneter 1998 dan krisis keuangan 2008. Bahkan, sinyal pemulihan kinerja IHSG mulai terasa pada bulan ini tercermin dari minimnya aliran dana investor asing yang keluar pasar modal.

Direktur Utama BEI Inarno Djajadi mengakui memang kinerja IHSG sempat anjlok sekitar 22,53 persen secara tahun berjalan pada Januari-Juni 2020. Bahkan, penurunan IHSG sempat mencapai 37,75 persen dari level tertinggi 6.325,41 pada Januari 2020 ke level 3.937,63 pada Maret 2020.

Advertising

“Tapi rupanya kalau dibandingkan dengan krisis-krisis sebelumnya, ini kita (IHSG tahun ini) agak lumayan (lebih rendah penurunananya),” ungkap Inarno saat konferensi pers virtual, Jumat (26/6).

Pada krisis 1998, sambungnya, kinerja IHSG mencapai level tertinggi di posisi 554,11 pada Februari 1998. Kemudian, ketika krisis moneter muncul, performa IHSG anjlok 53,65 persen ke level terendah 256,83 pada September 1998.

Sementara pada krisis keuangan 2008, IHSG berada di level tertinggi 2.830,26 pada Januari 2008. Namun ketika krisis datang, IHSG amblas 60,73 persen ke level terendah 1.111,39 pada Oktober 2008.

“Jadi mudah-mudahan (pelemahan IHSG saat ini) yang terendah (pada tahun ini), jangan sampai ada yang terendah lagi di tahun ini, terendah itu 37,75 persen,” katanya.

Lebih lanjut, Inarno menyatakan sinyal perbaikan kinerja IHSG setidaknya sudah terlihat. Level IHSG yang sebelumnya sempat turun ke bawah 4.000 perlahan-lahan menanjak lagi.

Pada penutupan perdagangan kemarin misalnya, IHSG berhasil menguat 7,36 poin atau 0,15 persen ke level 4.904,09. Artinya, sudah mendekati 5.000.

Pemulihan juga terlihat dari rerata nilai transaksi harian (RNTH) yang mencapai Rp10,2 triliun pada Juni 2020. RNTH terus meningkat dari Rp9,8 triliun pada Mei 2020 dan Rp6,8 triliun pada April 2020.

Hal lain juga tercermin dari aktivitas investor asing di pasar saham. Investor asing tercatat jual bersih sebesar Rp1,24 triliun pada Juni 2020.

Inarno mengatakan memang nilainya masih mencatatkan jual bersih. Padahal, investor asing banyak masuk ke Indonesia pada Mei 2020 dengan beli bersih mencapai Rp8,03 triliun.

Namun setidaknya, sambung Inarno, nominal jual bersih investor asing sudah menurun. Pada Februari 2020 misalnya, investor asing tercatat jual bersih mencapai Rp4,76 triliun. Begitu pula pada Maret Rp5,59 triliun dan April Rp8,82 triliun.

“Volatilisasi pasar saham mulai mereda sejak April 2020, namun dinamika ekonomi masih terus berkembang,” pungkasnya. 

Sumber : CNNIndonesia.com

Silakan komentar Anda Disini….