PALU, Kabar Selebes – Palu Seafood Festival 2019 merupakan ajang eksebisi dan kampanye gemar makan ikan yang pertama digelar Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sulawesi Tengah. Palu Seafood Festival 2019 digelar di Taman GOR Palu, Sabtu, (23/11).
Ketua PHRI Sulawesi Tengah Ferry Taula kepada media saat konferensi pers, Rabu (20/11) di Restoran Kampoeng Nelayan, Kota Palu mengatakan, festival itu akan melibatkan penuh masyarakat sebagai peserta.
“Kita mau peserta total dari masyarakat umum bukan dari kalangan chef. Kalaupun ada chef yang ikut akan didiskualifikasi,” ujar Ferry Taula.
Menurutnya, Seafood Festival ini juga bentuk kepedulian PHRI membangkitkan semangat warga Kota Palu pasca bencana setahun silam.
Kata Ferry lagi, peserta nantinya kita minta dari ibu-ibu dari Kelurahan Balaroa, Lere, Petobo. Bahkan dari Biromaru dan Jono Oge juga akan diikutkan sebagai peserta.
“Pokoknya, ini pestanya masyarakat umum,” tegas Ferry Taula.
Ajang ini mendapat respon positif dari Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Tengah HM Arief Latjuba dan Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif I Nyoman Sriadijaya.
Arief Latjuba mengatakan sebagai bentuk dukungan dinasnya akan membantu bahan baku ikan sebanyak 150 kilogram jenis ikan kembung (katombo) dan ikan lainnya.
“Selama ini inflasi Kota Palu itu paling tinggi disebabkan oleh ikan kembung atau katombo. Kita berharap dengan adanya kegiatan seperti ini juga dapat membantu pemerintah menekan inflasi. Bahkan, baru saja dibicarakan sudah menurun dan deflasi,” ujar Arief Latjuba.
Kampanye makan ikan ini sebenarnya sudah pernah diluncurkan oleh Bank Indonesia Sulawesi Tengah, kala itu dipimpin Miyono.
Sementara itu Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif I Nyoman Sriadijaya berharap adanya event-event seperti ini dapat mendorong kunjungan.
“Pascabencana kunjungan domestik ke Kota Palu turun drastis. Sementara kunjungan orang asing meningkat. Tetapi daerah terdampak bencana direkomendasikan untuk tidak menggelar event,” katanya.
Begitupula dengan massifnya kerusakan hotel berbintang dan home stay juga membuat berkurangnya kamar untuk menginap dan tempat menggelar kegiatan berukuran besar. (patar)