PALU, Kabar Selebes – Ahmad M Ali, kandidat Gubernur Sulawesi Tengah, menegaskan pentingnya peran aktivis mahasiswa dalam merawat demokrasi melalui cara-cara yang elegan.
Penegasan tersebut disampaikan saat ia menerima kunjungan kelompok Cipayung Plus di kediamannya, Kamis (15/8/2024) siang.
Dalam pertemuan tersebut, Ahmad M Ali menantang Cipayung Plus untuk mengadakan diskusi terbuka, di mana berbagai pihak yang meragukan dirinya, baik secara pribadi maupun terhadap langkah-langkah yang telah dilakukannya, dapat bertemu dan beradu gagasan.
“Tanggung jawab moral kita sebagai aktivis adalah merawat perbedaan. Karena itu, saya tantang Cipayung Plus kapan mau diskusi terbuka. Silakan kumpulkan siapa saja yang selalu mempertanyakan saya, baik secara pribadi maupun apa yang saya lakukan selama ini. Juga mereka yang mau adu gagasan,” tegas Ahmad M Ali.
Pertemuan tersebut difasilitasi oleh Alif Ferladi dari Badan Koordinasi HMI, yang memediasi diskusi antara perwakilan Cipayung Plus yang terdiri dari 11 organisasi kemahasiswaan. Kelompok ini mengajukan sejumlah pertanyaan dan gagasan terkait keikutsertaan Ahmad M Ali, mantan aktivis HMI Palu, dalam Pilkada Sulawesi Tengah 2024.
Alif Ferladi menyatakan bahwa sebagai sesama aktivis, mereka mendukung calon yang memiliki rekam jejak sebagai aktivis, karena memahami perjuangan dan tantangan yang dihadapi.
“Kami berharap Kak Mat mau untuk diskusi terbuka, apa yang akan dilakukan agar publik diberi ruang seluas-luasnya untuk memahami apa yang akan dilakukan, bagaimana melakukannya, dan kenapa itu harus dilakukan,” ujar Alif Ferladi.
Ahmad M Ali pun menegaskan bahwa diskusi tersebut harus berada dalam koridor dialektika yang konstruktif dan bukan menjadi ajang kampanye.
“Masyarakat kita saat ini selalu terbuai dengan apa yang dikatakan politisi tanpa melihat rekam jejak mereka. Ini yang saya mau kita kupas tuntas berdasarkan rekam jejak dan data yang ada,” kata Ahmad M Ali, sebelum mengakhiri diskusi yang berlangsung lebih dari satu jam.
Cipayung Plus merupakan aliansi 11 organisasi kemahasiswaan yang memiliki struktur kepengurusan dari pusat hingga ke daerah-daerah.
Pertemuan ini diharapkan dapat membuka ruang diskusi yang lebih luas mengenai peran aktivis dalam menjaga integritas demokrasi di Sulawesi Tengah.