Dampak Ekonomi
Akademisi pertanian Universitas Muhammadiyah Luwuk, Mustafa Abd. Rahim, SP, MP, mengkritik program cetak sawah baru atau food estate. Dampak yang ditimbulkan cukup banyak, termasuk deforestasi yang memperparah kondisi lingkungan hidup di kawasan food estate.
Sagu bias mendukung progam pangan alternative dengan mengembangkan potensi lokal agar menjadi kekuatan pangan berdaya ekonomi, yang tentunya tidak bisa secara tiba-tiba mampuh mensubstitusi posisi beras sebagai pangan pokok strategis di daerah khususnya Kabupaten Banggai.
Mustafa, mengatakan, Pemda Banggai tidak bisa menutup mata mengenai hal ini. Kepala daerah, kata dia, seharusnya fokus pada ketahanan pangan berbasis potensi lokal. Menghormati pangan lokal bukan hanya menghormati kebudayaan, tetapi bisa menjadi solusi kebutuhan pangan khususnya di Kabupaten Banggai.
“Jangan diartikan selalu pangan itu hanya beras, itu harus diulang kembali ke seluruh masyarakat bahwa pangan lokal saat ini sangat penting bagi ketahanan pangan, di tengah mahalnya harga beras dengan perliternya Rp9.000, kini naik menjadi Rp12.000” ujar Wakil Rektor I Unismuh Luwuk Banggai, pada Rabu 15 Maret 2023.
Ia juga mengatakan lebih baik memperkuat pangan lokal, ketimbang terus-terusan melakukan cetak sawah baru dengan istilah food estate yang pada praktiknya terbukti gagal.
Di sisi lain, saat terjadi bencana pemerintah Kabupaten Banggai malah menyalurkan mi instan untuk para korban bencana alam,bukannya pangan lokal yang lebih bergizi.
Pada Maret 2022, saat banjir melanda Desa Dondo, Kecamatan Balantak Selatan, Dinas Sosial Kabupaten Banggai menyalurkan mi instan hingga ikan kaleng.
Pada 29 Juli 2022, misalnya, Dinas Sosial Kabupaten Banggai menyalurkan mi instan dan1 ton beras kepada korban banjir di KecamatanBatui Selatan.
Bantuan itu didistribusikan ke Desa Ombolu, Suka Maju dan Suka Maju I, yang diserahkan melalui Camat Batui Selatan.
Selain itu, bantuan serupa juga diberikan ketika banjir melanda DesaTuntung, KecamatanBunta pada Juni 2022.
Wakil Bupati Banggai Furqanuddin Masulili datang dengan berkardus-kardus mi instan.
“Saya bilang sama Pak Wabup tadi. Pak, saya tidak butuh supermi. Saya butuh bronjong atau alat berat untuk mengeruk sungai yangsudah dangkal,”ujar seorang warga Desa Tuntung, seperti dikutip Sangalu.com pada Senin,20 Juni 2022.
Petani perempuan pun kesulitan mendapatkan air bersih
Lain lagi dengan Asrum (52) warga Desa Poroan, Kecamatan Lamala, yang mengeluhkan kesulitan air untuk kepentingan penanaman padiatau pengairan lahan sawah.
Kondisi seperti ini sudah terjadi sejak dua tahun terakhir.
“Kalau kemarau sumber air untuk pengairan sawah tidak ada, jadi para petani menunda penanaman padi sampai memasuki musim hujan,” katanya.
Ia mengaku menunda penanaman padi sejak Oktober 2020, karena tidak ada sama sekali pasokan air untuk pengairan lahan persawahan. Kondisi ini sama hingga berlangsung hinggabulan Februari 2023, Asrum kembali gagal untuk penanaman padi.
Saluran air yang tersedia di sekitar area persawahan, selama ini hanya berfungsi sebagai drainase atau pembuangan, bukan untuk irigasi.
“Jadi, kalau hujan datang, kami petani hanya mengandalkan hujan, kalau sekarang kemarau jadi sulit untuk menanam,”katanya.
Kendala utama pertanian di wilayah Kecamatan Masama, adalah masalah pengairan. Selama ini pengairan lahan persawahan menggunakan sistem manual, mengharap hujan dari langit bahkan membawa air dari rumah.
Sebagai petani perempuan, Asrum membutuhkan bendung gerak sungai yang dapat menjadi sumber air irigasi lahan persawahan, khususnya di wilayah Desa Poroan, Kecamatan Lamala, tempatnya bermukim.
Raut wajah Asrum terlihat lesu. Kemarau panjang menyebabkan krisis air bersih, mempersulit masyarakat di Desa Poroan, Kecamatan Lamala. Di sebagian wilayah, masyarakat harus menempuh jarak sekitar 10 kilo meter demi mendapatkan air bersih. Bahkanterpaksa harus berjalan kaki melewati jalanterjal perbukitan demi mendapatkan air bersih.
Sumur yang berada di tengah persawahan menjadi satu-satunya sumber air bagi warga setempat. Tidak heran, untuk mendapatkan air bersih satu atau dua galon, masyarakat harus rela antre hingga berjam-jam.
Warga mempertanyakan hal ini kepada Camat Lamala. Jawaban yang diterima warga sangat tidak memuaskan.
“Kekurangan air bersihadalah hukum alam, Sungai Soho kering apalagi di Desa Poroan.” Tak ada solusi, hanya jawaban yang terkesan abai pada kondisi warga.
Pada bulan Februari 2023, inflasi gabungan dua kota di Provinsi Sulawesi Tengah sebesar -0,15 persen, sedangkan inflasi tahun kalender dari Desember 2022 hingga Februari 2022 sebesar 0,42 persen. Sementara inflasi tahun ketahun dari Februari 2022 hinggaFebruari 2023sebesar 5,80persen.