Tutup
Sulawesi Tengah

Nilam Sari Lawira: Sungai-sungai Di Sigi Mengalami Krisis Ekologis

×

Nilam Sari Lawira: Sungai-sungai Di Sigi Mengalami Krisis Ekologis

Sebarkan artikel ini
Ketua DPRD Sulteng Nilam Sari Lawira saat mengunjungi lokasi banjir di Desa Bolapapu, Kabupaten Sigi.(Foto:ist)

IGI, Kabar Selebes – Ketua DPRD Sulteng menyebut aliran sungai di Kabupaten Sigi mengalami krisis ekologis yang berpotensi memicu bencana banjir bandang berulang dengan karakter longsoran batu dan kayu log serta luapan sedimentasi.

“Kalau kita lihat fakta lapangan karakter banjir bandang sungai di pegunungan yakni longsoran batu dan kayu log sedangkan di sungai di lembah luapan sedimentasi. Hal itu menunjukan karakter krisis ekologis sungai,” ujar Nilam Sari Lawira, Ketua DPRD Sulteng.

Advertising

Dalam kunjungannya, Nilam juga melihat langsung kondisi warga yang hidup dibantaran Sungai, mulai dari Bolapapu hingga Bangga cukup memperihatinkan.

“Pemukiman terparah di Bangga yang dulu padat dan ramai ini. Sekarang berjejer rumah-rumah, sekolah, dan rumah ibadah tenggelam di dalam lumpur sedimen,” aku Nilam.

Nilam yang membawa rombongan BPBD dan Bina Marga langsung melakukan dialog mengenai kebutuhan mendesak warga.

“Saya turut bersedih hati melihat masalah yang berlarut-larut ini. Saya sampaikan ke Komisi III untuk segera melaksanakan RDP,” kata Nilam dihadapan warga.

Nilam menyebutkan bahwa sungai-sungai di Kabupaten Sigi rawan longsor dan banjir bandang.

“Setelah melihat fakta, telah terjadi krisis ekologis sungai yang mengancam kehidupan warga dalam jangka panjang. Kita harus bersinergi untum temukan solusi” ungkapnya.

Usai kunjungan ke Kulawi, Ketua DPRD Sulteng bersama tim melanjutkan tinjauan lapangan ke kawasan hunian sementara pengungsi Poi Desa Bangga Kabupaten Sigi.

Mereka yang tinggi di sini terbagi dalam dua gelombang pengungsian. Pengungsi awal dari gempa 28 September 2018, dan menyusul korban banjir sungai Bangga. Jumlah total warga yang mengungsi seluruhnya 242 Kepala Keluarga.

Saat ini mereka kekurangan pasokan air bersih. Mereka terpaksa membeli seharga 20.000 rupiah satu tandon.

“Terkait kebutuhan air bersih, tadi sudah saya sampaikan akan segera direalisasikan,” ujar Nilam.(*)

Silakan komentar Anda Disini….