PALU, Kabar Selebes – Selama September 2017 hingga Maret 2018, garis kemiskinan di Sulawesi Tengah naik sebesar 1,29 persen yakni dari Rp. 408.522,- perkapita per bulan pada September 2017 menjadi Rp. 413.785,- per kapita per bulan pada Maret 2018. Sementara persentase penduduk miskin sebesar 14,01 persen.
Hal demikian disampaikan Moh. Wahyu Yulianto, Kepala Bidang Statistik Sosial Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tengah, Senin, 16 Juli 2018.
Menurut dia, peranan komoditi makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan.
“Pada bulan Maret 2018, sumbangan garis kemiskinan makanan terhadap garis kemiskinan sebesar 75,69 persen,” ujarnya.
Ia menguraikan, jumlah dan persentase penduduk miskin pada Maret 2016 mencapai 14,45 persen, atau 420,52 orang, sedangkan pada September 2016 menjadi 14,09 persen atau 413,15 ribu orang.
Sementara pada Maret 2017 menjadi 14,14 persen atau 417,87 ribu orang sedangkan pada September 2017 mencapai 14,22 persen atau berjumlah 423,27 ribu orang.
Sedangkan pada Maret 2018, penduduk miskin di Sulawesi Tengah sebanyak 420,21 ribu orang atau 14,01 persen.
Wahyu menjelaskan persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Tetapi, dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan.
“Indeks kedalaman kemiskinan (P1) turun dari 2,80 pada September 2017 menjadi 2,64 pada Maret 2018. Indeks keparahan kemiskinan (P2) turun dari 0,78 menjadi 0,74 pada periode yang sama,” urainya.
Kata dia, penurunan nilai P1 kmengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin mendekati garis kemiskinan, dan penurunan nilai indeks keparahan kemiskinan mengindikasikan bahwa ketimpangan pengeluaran penduduk miskin semakin mengecil.
Ia memandang, kemiskinan adalah ketidak mampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan (diukur dari sisi pengeluaran)
“Konsep kemiskinan yang digunakan BPS adalah basic needs approach (pendekatan kebutuhan dasar,” tandasnya. (Ifa)
Wahyu Yulianto, Kabid Statistik Sosial BPS Sulteng (tengah). Foto Sarifah Latowa