PALU, Kabar Selebes – Yayasan KPKP-ST kembali berperan aktif dalam Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (16 HAKTP) tahun 2024. Kampanye ini melibatkan Relawan Muda (Youth Volunteers) KPKP-ST sebagai penyelenggara utama, bekerja sama dengan Yayasan Kerti Praja-UNFPA serta didukung oleh UNWOMEN, KOICA, dan Yayasan IPAS Indonesia.
Kegiatan tahun ini dikemas dalam bentuk Camping Ground yang bertempat di Lapangan Mini Asrama Mahasiswa Buol, Jalan Gunung Watumapida, Kota Palu. Acara ini dihadiri oleh peserta dari berbagai kabupaten, termasuk Kabupaten Sigi dan Donggala, serta organisasi pemuda, mahasiswa, dan NGO di Palu.
Dalam diskusi publik bertema “Peran Pemuda dalam Upaya Pencegahan Konflik Sosial yang Berdampak pada Kekerasan Berbasis Gender dan Kekerasan Seksual”, hadir narasumber dari Komnas HAM Daerah Sulawesi Tengah, Edy Sutichno; Direktur Karsa Institut, Syaiful Taslim; dan Divisi Advokasi Pendampingan Yayasan KPKP-ST, Yuni Djamhuri, SE.
Edy Sutichno menekankan pentingnya pencegahan konflik sosial dan strategi rekonsiliasi. “Konflik sosial dapat berdampak positif maupun negatif. Namun, dampak negatifnya sering kali serius, termasuk risiko kekerasan berbasis gender,” ujar Edy. Ia berharap peserta, khususnya remaja, aktif mencegah konflik sosial di desa mereka.
Sementara itu, Syaiful Taslim dari Karsa Institut menjelaskan tentang mengenali potensi konflik di lingkungan sekitar. “Konflik bisa diantisipasi jika kita memahami perbedaan, sengketa, dan akar permasalahannya,” ungkapnya.
Yuni Djamhuri, mewakili KPKP-ST, memaparkan pengalaman organisasi dalam menangani kekerasan berbasis gender selama konflik sosial di Poso dan pasca-bencana alam di Palu. “Perempuan, anak, lansia, dan difabel adalah kelompok paling rentan. Kami telah mendampingi korban kekerasan seksual, termasuk di masa konflik sosial,” kata Yuni.
Sebagai bagian dari solusi, KPKP-ST telah mendorong pembentukan Satgas Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) di 49 desa di Sigi dan Donggala. Yuni juga mengajak masyarakat melaporkan kasus kekerasan melalui call center KPKP-ST di 0821-8822-4253 dan 0853-4358-1556.
Selain diskusi, rangkaian kegiatan meliputi aksi lingkungan di Pantai Talise bertema “Tidak Ada Keadilan Iklim Tanpa Keadilan Gender”. Ketua Youth Volunteer KPKP-ST, Ahadiyanza, menyampaikan bahwa aksi ini bertujuan mengedukasi pemuda tentang dampak perubahan iklim terhadap konflik sosial dan kekerasan berbasis gender.
Ahadiyanza juga mengungkapkan rasa bangganya menjadi bagian dari KPKP-ST. “Kami belajar banyak tentang perubahan iklim, kebencanaan, konflik sosial, dan hak perempuan dan anak. Pengetahuan ini kami implementasikan di desa kami masing-masing,” ujarnya.
Melalui kampanye ini, KPKP-ST berharap para pemuda di Sulawesi Tengah terlibat aktif dalam mencegah kekerasan terhadap perempuan dan anak, serta konflik sosial. “Ayo berani bicara dan laporkan jika mengetahui kekerasan di sekitar kita,” pesan Yuni.
Dengan kolaborasi lintas elemen, KPKP-ST terus membuktikan komitmennya dalam memperjuangkan keadilan gender dan hak asasi perempuan dan anak, baik di masa normal maupun dalam situasi bencana.***