Tutup
Sulawesi Tengah

Program CSRRP Resmi Ditutup: Pemulihan dan Rekonstruksi Sulawesi Tengah Jadi Contoh Ketangguhan Pascabencana

21
×

Program CSRRP Resmi Ditutup: Pemulihan dan Rekonstruksi Sulawesi Tengah Jadi Contoh Ketangguhan Pascabencana

Sebarkan artikel ini
Ketua Satgas Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana Pascabencana, Arie Setiadi Moerwanto, menyampaikan kondisi CSRRP. (Foto: Abdee Mari)

PALU, Kabar Selebes – Setelah berlangsung selama lebih dari empat tahun, Central Sulawesi Rehabilitation and Reconstruction Project (CSRRP) resmi ditutup pada akhir 2024. Program yang diluncurkan sebagai respons terhadap bencana gempa, tsunami, dan likuefaksi yang melanda Sulawesi Tengah pada 2018 ini mencatatkan banyak pencapaian luar biasa dalam rekonstruksi dan pemulihan wilayah terdampak.

Dengan anggaran sebesar Rp1,99 triliun, CSRRP tidak hanya memperbaiki infrastruktur yang rusak, tetapi juga membangun fasilitas yang lebih tangguh dan ramah lingkungan sesuai prinsip Build Back Better.

Advertising

Ketua Satgas Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana Pascabencana, Arie Setiadi Moerwanto, menyampaikan bahwa proyek ini merupakan investasi untuk masa depan yang lebih aman dan berkelanjutan.

“Kami tidak hanya memulihkan, tetapi juga meningkatkan ketahanan dan kualitas infrastruktur,” ujar Arie dalam konferensi pers penutupan CSRRP di Palu pada Kamis, 12 Desember 2024.

Hasil Rekonstruksi di Tiga Wilayah Terdampak

Program CSRRP fokus pada tiga wilayah terdampak terparah: Kota Palu, Kabupaten Sigi, dan Kabupaten Donggala. Kota Palu menerima alokasi anggaran terbesar, yaitu 69,9%, mengingat skala kerusakan yang paling parah. Sementara itu, Kabupaten Sigi dan Donggala masing-masing memperoleh 15,2% dan 14,8%.

Berikut adalah capaian utama dari proyek ini:

                  •                Pembangunan 3.880 unit hunian tetap yang dirancang tahan gempa dan ramah lingkungan.

                  •                Rekonstruksi fasilitas publik, termasuk 17 sekolah, satu universitas, dan tujuh fasilitas kesehatan.

                  •                Pembangunan infrastruktur lingkungan, seperti 51 kilometer jalan permukiman, drainase, dan ruang terbuka hijau.

                  •                Pemasangan 1.000 titik penerangan jalan umum untuk meningkatkan rasa aman masyarakat.

                  •                Pengembangan infrastruktur skala lingkungan di 27 desa dan kelurahan yang menciptakan lingkungan hidup lebih sehat dan nyaman.

Kepuasan Masyarakat Tinggi

Menurut survei yang dilakukan Evaluation Study Consultant (ESC), lebih dari 90% penerima manfaat menyatakan puas dengan hasil program ini.

“CSRRP bukan sekadar membangun rumah, tetapi juga membangun harapan,” ungkap seorang penerima manfaat di Palu.

Proyek ini dirancang dengan mengusung lima prinsip utama: ketahanan bencana, ramah lingkungan, aksesibilitas, responsif gender, dan keberlanjutan. Semua lapisan masyarakat, termasuk penyandang disabilitas dan kelompok rentan, mendapatkan manfaat dari proyek ini.

Sekretaris Daerah Provinsi Sulawesi Tengah, Novalina, memberikan apresiasi kepada Kementerian Pekerjaan Umum atas eksekusi program ini.

“Saya sangat mengapresiasi kinerja Kementerian PU yang telah menyelesaikan program ini dengan baik. Namun, kami juga berharap adanya perpanjangan bantuan, karena beban APBD sangat berat untuk melanjutkan semua program ini sendiri,” tuturnya.

Penutupan CSRRP bukanlah akhir, melainkan awal dari tanggung jawab pemerintah daerah untuk memastikan bahwa infrastruktur yang telah dibangun tetap terawat dan berfungsi optimal. Selain itu, masyarakat diharapkan terus berkontribusi menjaga hasil pembangunan ini.

Dengan semangat rekonstruksi dan kolaborasi yang telah terbukti, Sulawesi Tengah kini berdiri sebagai simbol ketangguhan pascabencana, siap menghadapi masa depan yang lebih cerah dan berkelanjutan.

“Bencana 2018 adalah ujian berat, tetapi kita telah membuktikan bahwa dengan kerja keras dan solidaritas, kita mampu bangkit lebih kuat,” tutup Arie dengan optimisme.(abd)

Silakan komentar Anda Disini….