PALU, Kabar Selebes – Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 di Sulawesi Tengah Rabu (27/11/2024) menghadirkan fenomena baru yang cukup mengkhawatirkan. Tingkat partisipasi pemilih menurun drastis dibandingkan Pemilu Presiden (Pilpres) dan Pemilu Legislatif (Pileg) sebelumnya. Penurunan ini bahkan mencapai angka hingga 30 persen, jauh dari capaian 81,48 persen saat Pilpres dan Pileg 2019.
Pantauan di sejumlah Tempat Pemungutan Suara (TPS) di Kabupaten dan Kota di Sulawesi Tengah menunjukkan suasana yang sepi sejak pagi hingga TPS ditutup pada pukul 13.00 WITA. Bahkan, banyak TPS melaporkan adanya sisa kertas suara yang jumlahnya hampir mencapai setengah dari total pemilih yang terdaftar.
Generasi Muda Tak Antusias
Salah satu sorotan utama adalah minimnya euforia dari pemilih muda, khususnya generasi milenial dan Gen Z. Apatisme dari kelompok usia produktif ini menimbulkan tanda tanya besar mengenai faktor-faktor yang memengaruhi keterlibatan mereka dalam proses demokrasi kali ini.
“Sejak TPS dibuka, tidak banyak pemilih yang datang, terutama dari kalangan muda. Padahal saat Pilpres dan Pileg, suasana begitu meriah, dengan banyak pemuda yang terlihat aktif menggunakan hak pilihnya,” ujar salah seorang petugas TPS di Kota Palu.
Apa yang Menyebabkan Penurunan?
Penurunan partisipasi ini memunculkan berbagai spekulasi. Beberapa pihak menyebutkan bahwa kurangnya kampanye yang inovatif dan menyentuh hati pemilih muda menjadi salah satu penyebab utama. Selain itu, beberapa pengamat politik menilai bahwa tingkat kepercayaan terhadap kandidat kepala daerah mungkin memengaruhi minat pemilih.
“Generasi muda membutuhkan alasan kuat untuk terlibat. Jika mereka merasa kandidat tidak membawa perubahan nyata atau tidak merepresentasikan aspirasi mereka, wajar jika mereka memilih untuk tidak ikut berpartisipasi,” kata seorang pengamat politik lokal.
Dampak Penurunan Partisipasi
Fenomena ini tidak hanya menjadi catatan bagi penyelenggara Pilkada, tetapi juga mencerminkan tantangan demokrasi di Sulawesi Tengah. Partisipasi yang rendah dapat memengaruhi legitimasi hasil Pilkada dan berdampak pada tingkat kepercayaan publik terhadap pemerintahan yang terbentuk.
Dengan sisa kertas suara yang signifikan di banyak TPS, isu ini menjadi sinyal penting untuk segera dievaluasi oleh KPU, pemerintah, dan para kandidat. “Ini adalah momen refleksi. Demokrasi bukan hanya tentang memilih, tetapi juga tentang memastikan bahwa setiap suara memiliki arti dan dapat memberikan dampak,” ujar Revi, seorang aktivis pemuda.
Membangkitkan Kembali Semangat Demokrasi
Untuk ke depan, langkah-langkah strategis diperlukan untuk membangkitkan kembali semangat demokrasi, terutama di kalangan generasi muda. Kampanye yang relevan, inklusif, dan memanfaatkan teknologi digital dinilai menjadi kunci untuk menjangkau pemilih muda yang semakin kritis.
Pilkada 2024 di Sulawesi Tengah mungkin menjadi momen yang menantang, tetapi juga peluang untuk merevitalisasi cara berkomunikasi dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya peran mereka dalam membentuk masa depan daerah. Sebab, demokrasi hanya akan bermakna jika semua pihak, tanpa terkecuali, turut berpartisipasi.
Laporan : Abdee Mari