POSO, Kabar Selebes – Pondok Pesantren Hidayatullah Kabupaten Poso menyatakan dukungannya terhadap Satgas Operasi Madago Raya dalam upaya mencegah penyebaran paham radikal di wilayah Kabupaten Poso. Pesantren ini menegaskan komitmennya untuk terus berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang damai dan kondusif.
Pondok Pesantren Hidayatullah Kabupaten Poso merupakan lembaga pendidikan swasta yang berlokasi di Kecamatan Poso Kota, Kabupaten Poso. Keberadaannya di wilayah ini telah berlangsung lama dan memiliki legalitas badan hukum dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) Republik Indonesia dengan Nomor: AHU-0014032.AH.01.04.Tahun 2016. Sementara itu, izin operasional belajar mengajar baru diterbitkan pada 7 Desember 2017 melalui SK Pendirian Nomor 108 Tahun 2017 di bawah naungan Kementerian Agama Kabupaten Poso dengan Nomor Pokok Sekolah Nasional: 69981267.
Sebagai institusi pendidikan dan dakwah, Pondok Pesantren Hidayatullah Poso memiliki jenjang pendidikan mulai dari Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT), hingga Madrasah Tsanawiyah (MTs). Ustaz Dedi Kurniawan, S.Sos.I, yang saat ini menjabat sebagai Kepala MTs sekaligus Ketua Yayasan Hidayatullah Kabupaten Poso, memimpin berbagai program pendidikan dan dakwah di pesantren tersebut.
Beberapa program yang dijalankan di Pondok Pesantren Hidayatullah Poso meliputi:
- TK Yaa Bunayya
- SD Integral
- Salafiyah (Tahfidzul Qur’an)
- Majelis Taklim Musida (Tahsinul Qur’an)
- Grand MBA (Gerakan Dakwah Mengajar dan Belajar Al-Qur’an)
- Majalah Dakwah (Suara Hidayatullah)
Sejak tahun 2021, Pondok Pesantren Hidayatullah Poso dipimpin oleh Ustaz Dedi Kurniawan, S.Sos.I. Pesantren ini dikenal memiliki hubungan baik dengan masyarakat sekitar dan selalu terbuka bagi siapa saja yang ingin berkunjung. Aktivitas pendidikan di pesantren ini tidak pernah berkaitan dengan paham intoleran maupun radikal.
“Kami melihat situasi keamanan di Kabupaten Poso yang semakin kondusif merupakan hasil dari kerja keras Satgas Operasi Madago Raya. Oleh karena itu, kami dari Pondok Pesantren Hidayatullah Poso menyatakan dukungan penuh terhadap operasi ini dalam upaya menciptakan kedamaian di daerah kami,” ujar Ustaz Dedi Kurniawan, Rabu 26 Februari 2025.
Pesantren ini juga menegaskan bahwa sejak tahun 2017, mereka telah bernaung di bawah Kementerian Agama Kabupaten Poso dan selalu mendukung program pemerintah daerah. Selain itu, pihaknya siap bersinergi dengan Satgas Operasi Madago Raya dalam menangkal penyebaran paham radikal di wilayah tersebut.
“Radikalisme tidak hanya dilarang tetapi juga menjadi ancaman bagi keamanan dan ketertiban masyarakat. Oleh karena itu, kami siap bekerja sama dengan kepolisian, pemerintah daerah, organisasi masyarakat, serta lembaga pendidikan lainnya untuk memastikan generasi muda tidak terpapar pemahaman yang menyimpang,” tambahnya.
Dalam pertemuan dengan tim Satgas Operasi Madago Raya, Ustaz Dedi Kurniawan menyampaikan apresiasi atas kunjungan yang dilakukan. Ia berharap hubungan silaturahmi antara pihak kepolisian dan pesantren dapat semakin erat.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada Satgas Operasi Madago Raya atas bantuannya yang sangat bermanfaat bagi kami. Upaya deradikalisasi tidak hanya ditujukan kepada mantan narapidana terorisme, tetapi juga harus mencakup edukasi kepada masyarakat luas agar tidak mudah terpengaruh oleh ajaran yang menyimpang,” ungkapnya.
Menurutnya, intoleransi, radikalisme, dan terorisme dapat menimbulkan konsekuensi negatif seperti diskriminasi, kekerasan, hingga tindakan terorisme. Oleh karena itu, Pondok Pesantren Hidayatullah Poso berkomitmen untuk terus mendukung upaya pencegahan penyebaran paham tersebut di wilayah Kabupaten Poso.
Ustaz Dedi Kurniawan menegaskan bahwa Islam adalah agama yang membawa pesan damai dan kasih sayang bagi seluruh umat manusia. Oleh karena itu, paham intoleran dan radikalisme, yang mencerminkan sikap melampaui batas dan ekstrem, bukanlah ajaran Islam.
“Kami memiliki hubungan komunikasi yang baik dengan pondok pesantren lain di Poso. Namun, kami bukan bagian dari kelompok yang memiliki pemahaman intoleran dan radikal. Kami tidak membenarkan atau mendukung paham tersebut berkembang di Poso, apalagi sampai berujung pada tindakan terorisme,” pungkasnya.***