PALU, Kabar Selebes – Seorang arkeolog dari Sulawesi Tengah, Iksam mengungkapkan data penting terbaru terkait adanya peradaban modern di jaman megalitikum di Lembah Bada, Kabupaten Poso.
Iksam mengungkapkan sebuah temuan terbaru yang mengesankan, yakni serbuk sari padi purba yang berumur delapan ribu tahun yang ditemukan pada tahun 2006 oleh peneliti di Lore Tengah.
Menurutnya, pada tahun 2023, genap 131 tahun sejak pengumuman keberadaan Megalit di Sulawesi Tengah kepada dunia.
Temuan Megalitik pertama kali diumumkan oleh Albert Cristian Cruyt pada tahun 1892, yang menyebutkan temuan Megalitik di lembah Palu, Kulawi, dan Lore.
“Penelitian lebih lanjut oleh para peneliti Indonesia pada tahun 1976 dan penulisan buku pada tahun 1980 memperkuat klaim ini,” kata Iksam saat dialog yang digelar Dinas Komunikasi, Informatika, Persandian, dan Statistik Provinsi Sulawesi Tengah dengan tema “Sulawesi Tengah Negeri Seribu Megalit” di Warung Kopi Harapan Selvi, Jl. Pramuka, pada Jumat (6/10/2023).
Dalam dialog yang dihadiri Gubernur Sulawesi Tengah Rusdy Mastura itu, Iksam mengungkapkan bahwa Sulawesi Tengah mendapatkan pengakuan internasional setelah diundang untuk mempresentasikan potensi budaya ke warisan dunia.
Dari sebelas provinsi yang diundang, Sulawesi Tengah berhasil menjadi salah satu dari empat provinsi yang diterima oleh UNESCO, bersama dengan Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, dan Maluku.
Setelah pencanangan, Pemerintah Daerah Sulawesi Tengah akan menerima rekomendasi resmi dari UNESCO.
Ini akan menjadi langkah penting dalam mempromosikan dan melestarikan warisan Megalit di Sulawesi Tengah.
Gubernur Rusdy Mastura, dalam dialog tersebut, mengungkapkan bahwa Sulawesi Tengah memiliki peradaban dunia yang sangat kuno, yaitu peradaban Megalit yang telah ada selama ribuan tahun.
Hal ini menjadikan Sulawesi Tengah dikenal sebagai “dunia Atlantis yang hilang”.
Gubernur juga menjelaskan bahwa Sulawesi Tengah memiliki peradaban tertua di Indonesia, diperkirakan berusia antara 3000 hingga 5000 tahun sebelum masehi.
Gubernur Mastura berkomitmen untuk membangun infrastruktur utama, khususnya akses jalan menuju lokasi-lokasi Megalit yang terletak di lembah Bada, lembah Napu, dan lembah Besoa.
Hal ini diharapkan dapat memudahkan para wisatawan untuk mengunjungi kawasan Megalit ini.
“Saya sudah melakukan koordinasi dengan para bupati-bupati untuk melakukan perbaikan infrastruktur jalan menuju lokasi Megalit,” ujar Rusdy Mastura.
Selanjutnya, setelah pencanangan, rencananya akan diadakan seminar nasional dengan menghadirkan para ahli dunia serta seminar pariwisata mengenai kawasan Megalit.
Gubernur berharap bahwa pencanangan Sulawesi Tengah sebagai Negeri Seribu Megalit akan memberikan dampak positif terhadap peningkatan sektor pariwisata, sosial budaya, dan ekonomi di daerah ini.
Sebelumnya, Gubernur Rusdy Mastura telah menandatangani penetapan cagar budaya dari tingkat kabupaten ke tingkat provinsi, yang mencakup 20 situs cagar budaya di Kabupaten Poso dan Danau Lindu.
Dalam kesimpulannya, Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, Persandian, dan Statistik Provinsi Sulawesi Tengah, Sudaryano R. Lamangkona, menyampaikan pentingnya pencanangan ini dalam menghasilkan tulisan baku dan referensi yang kuat tentang Megalit di Sulawesi Tengah.
Ia juga menegaskan komitmen untuk menyusun Rencana Aksi Daerah yang akan mendukung kawasan Cagar Biosfer dunia Lore Lindu yang telah ditetapkan oleh UNESCO.
Pencanangan Sulawesi Tengah sebagai Negeri Seribu Megalit menjadi tonggak bersejarah yang akan membawa Sulawesi Tengah ke panggung dunia sebagai salah satu penjaga warisan budaya manusia yang luar biasa.***