TAOPA Kabar Selebes – Suasana khusyuk beribadah dibulan suci Ramadhan 1443 Hijriyah di dukung dengan adanya bentuk masjid atau musholla yang indah. Tapi hal itu tidak berlaku bagi warga kampung Bianio lorong Manado di Dusun Satu Desa Tabolo-bolo Kec. Ongka Malino Kab. Parigi Moutong.
Betapa tidak, musholla yang dijadikan tempat beribadah sehari-hari, sangat memilukan.
Dindingnya hanya terbuat dari pitate, sejenis anyaman bambu serta hanya beratap daun lumbia yang nampak mulai bolong-bolong karena usang dimakan rayap.
“Kalo hujan pak, kami tidak bisa shalat karena lantainya tergenang. Kalo so begitu, kami menumpang shalat di rumah tetangga pak,” ujar Paksan Hamzah Tandiolo, imam musholla tersebut.
Kabar Selebes.id berkesempatan menunaikan shalat dzuhur, Kamis 28 April 2022 pukul 12:10 Wita, merasakan hal demikian. Tampak lantai musholla yang bernama Arrahim ini, baru saja usai di pel, yakni membersihkan lantai menggunakan kain basah.
“Tadi malam sempat hujan dan juga air dari drainase masuk. Maklum, lantainya rendah. Hanya delapan sentimeter dari atas tanah pak,” ucap pria berusia 38 tahun itu.
Lelaki yang kesahariannya berprofesi sebagai petani bercerita, jika saat shalat magrib dan isya. Suasana dingin akan terasa sekali. Bahkan tak mengherangkan, sebagian besar jamaahnya memakai jaket. “Itu dindingnya sudah berlubang-lubang. Sebagian kami tambal dengan bekas karung semen pak,” ceritanya sambil memperlihatkan lubang-lubang yang telah tutup.
Meski demikian, nuansa Ramadhan tidak pudar dari musholla yang hanya berukuran 3 kali 2,5 meter itu. Bahkan musholla yang di bangun tahun 2018 itu, hanya mampu menampung 20an orang saja. “Kalo mau shalat tarawih, kita datang pas adzan isya. Jangan harap bisa ikut shalat pak,” kata Ihsan, sang muadzin.
Padahal penduduk yang menghuni lorong dusun yang berbatasan dengan Desa Karya Mandiri itu, berjumlah 80an jiwa yang beragama Islam. “Biasanya kalo kami liat so penuh, warga baku riki (cepat,red) pergi ke musholla Nur Haq yang terletak dua kilometerdari sini pak. Pernah juga kami baku ganti shalat,” ucapnya.
Ketika media ini di daulat menjadi imam shakat dzuhur, tiba-tiba seekor luing, sejenis binatang berkaki seribu, masuk dari cela-cela dinding. Beruntung salah seorang jamaah langsung membuangnya. “Binatang seperti ini so biasa ini masuk ke dalam kalo kami pas shalat pak,” ujar Sarjan, salah seorang jamah usai shalat fardhu tersebut.
Sementara itu, Sekretaris Desa Tabolo-bolo Asral Pariu, tatkala media ini menyambangi kediamannya pukul dua siang mengatakan, jika Pemerintan Desa Tabolo-bolo sejak tauun 2019, pembaikan musholla yang terletak di perkampungan berbagai etnis Tialo, Kaili, Lauje, Gorontalo dan Manado, sudah masuk dalam Rencana Kerja Pemerintah Desa Susulan (RKPDS). “Tapi semua program kita jadi berantakkan dan tidak bisa terlaksana. Karena anggarannya dialihkan ke penanganan covid-19 ini,” jelas pria yang menjabat sebagai sekdes sejak tahun 2016 itu.
“Mau di apa lagi pak. Kami hanya mengelus dada merasakan kepiluan masyarakat saya di lorong itu,” sambungnya lirih. (hcb)
Laporan : Hasan Cl. Bunyu