SEPARUH perjalanan Ramadhan telah kita lalui. Sebagai hamba beriman tak ada kata menyerah, apalagi mundur dari training kebaikan ramadhan. Dalam etape pertengahan ramadhan ini tak apalah kita melakukan potret diri (muhasabah) untuk mengukur seberapa jauh penyelaman kita terhadap kedahsyatan ramadhan . Atau boleh jadi kita hanya melewati hari-hari itu dengan kemalasan dan amal ibadah sekedar saja atau kadang bahkan berharap agar cepat habis Ramadhan karena banyak yang harus Menahan. Sebelum terlambat, dan masih ada tersisa Ramadhan bersama kita, semoga ksesempatan ini bisa mengoptimalkannya dengan mengerjakan kebaikan sebanyak-banyaknya.
Ramadhan adalah wahana training. Latihan tentang kemesraan hubungan kita dengan Allah. Ini kita dapatkan melalui sejumlah amaliyah ritual seperti shaum, shalat, tilawah al-Quran, i’tikaf, dzikir, do’a dan sebagainya. Kemesraan ini membawa kenikmatan spiritual yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Goalnya adalah pasca ramadhan amaliyah ritual ini harus lestari dihari hari biasa.
Insya Allah, dengan melestarikan amaliyah ini jiwa kita akan tegar, damai, tidak mudah putus asa dan terhindar dari penyakit psikis lainnya. “Ingatlah ! Dengan dzikir pada Allah, hati akan terasa damai
Training kedua adalah mengukur kemesraan hubungan dengan keluarga dan sesama.15 hari telah terlewati, kita yang sibuk telah banyak mendapatkan sesuatu yang membawa kemesraan hubungan sesama keluarga dan tetangga.
Di lingkungan keluarga, misalnya buka bersama, sahur bersama, shalat tarawih bersama dan sebagainya. Demikian juga sesama tetangga, setidak-tidaknya shalat tarawih bersama. yang perlu kita lestarikan adalah nilai kebersamaannya. Komunikasi baik antara sesama keluarga maupun dengan tetangga perlu kita tingkatkan dan lestarikan. Hal ini dapat menumbuhkan saling pengertian, saling menyayangi dan saling menghormati.
Training ketiga adalah membersamai semangat kasih sayang dan peduli pada sesama. Puasa memiliki dimensi sosial yang sangat tinggi. Selama puasa kita merasakan perihnya lapar dan dahaga. Rasa perih ini mungkin sering dirasakan oleh masyarakat kaum dhu’afa di luar bulan Ramadhan, karena kekurangmampuan mereka menyediakan kebutuhannya. Oleh karena itu, kita perlu meningkatkan kasih sayang dan peduli pada nasib sesama. Nabi saw. mengingatkan kaum hartawan ; “Kamu ditolong dan diberi rizki dengan bantuan kaum dlu’afa di antara kalian”. Seorang hartawan betapapun memiliki gedung yang mewah, sawah/ladang yang luas, perusahaan yang besar dan lainnya, dia tidak akan mampu menikmatinya tanpa bantuan para buruh bangunan, buruh tani, dan buruh perusahaan. Dengan kata lain, manusia itu sering disebut “zoon politicon” yakni makluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Oleh karena itu, sikap saling kasih sayang dan peduli pada sesama harus ditingkatkan.
Dalam tarikan nafas yang sama dai kondang, KH Abdullah Gymnastiar atau yang popular dipanggil AA Gym menyebutkan bulan ramadhan bulan pelatihan dan bulan bercocok tanam. Di zaman Rasul bulan ini dicanangkan sebagai “bulan prestasi” karena Kitab Suci Alquran diturunkan di bulan ini, juga pertempuran-pertempuran Islam dimenangkan di bulan ini. Kita harus mengubah gaya hidup kita melalui bulan Ramadhan kali ini dalam training centre yang hanya satu bulan ini. Maka, betapa bodohnya dan sangat meruginya orang-orang yang melewati Ramadhan begitu saja. Mengapa banyak umat Islam yang tak berubah dengan bulan Ramadhan?
AA Gym menyebutkkan ada banyak dari kita masih salah dalam menyikapi bulan Ramadhan. Kita lebih banyak memikirkan hal-hal yang tak diperlukan. Sibuk dengan makanan dan barang-barang, hingga saat datang Ramadhan justru menjadi lebih konsumtif. Sepuluh hari terakhir kita dianjurkan i’tikaf, menjerit kepada Allah memohon ampunan. Kenyataannya, sepuluh hari terakhir masjid semakin sepi karena kita kebanyakan berkumpul di pasar-pasar. Malam terakhir puncak Ramadhan dianjurkan bertakbir membesarkan Allah, tapi sedikit sekali di antara kita yang bertakbir, kebanyakan sibuk mengurus hidangan untuk lebaran.
Karenanya kata dia, tak usah heran, ujung-ujungnya Ramadhan tak banyak mempengaruhi perilaku kita karena kita salah menyikapinya.
Boleh jadi AA Gym benar, tapi kita tak boleh lemah oleh sesuatu yang telah berlalu, kita masih mempunyai kesempatan. Kita harus menentukan apa yang akan diprioritas untuk dilatih di bulan Ramadhan ini. Di antaranya adalah, pertama, manajemen waktu kita harus semakin terkendali dengan baik. Kedua, amal ibadah kita harus semakin meningkatkan kualitas dan kuantitasnya.
15 hari ke depan sejatinya ramadhan kita siapkan diri untuk lebih konsen akan kebaikan ramadhan. Dengan begitu ramadhan kita membawa mencapai taqwa, yaitu kemampuan menjaga diri dari kejatuhan moral selama perjalanan hidup menuju tujuan akhir itu. Perjalanan di jalan yang benar/lurus itu disebut juga “amal saleh” atau perbuatan baik. Yang baik adalah yang bermanfaat, dan yang bermanfaat itu membahagiakan. Di akhir perjalanan, dia akan bertemu dengan sumber segala kebaikan dan keindahan, yang menyambutnya dengan penuh cinta
Semoga Allah Yang Maha Agung memberikan kemampuan kepada kita untuk menyikapi Ramadhan kali ini dengan sebaik-baiknya. Wallahul Mustaan. (H. Darlis Muhammad)