Tutup
Ekonomi

Gas Menjadi Penggerak Perekonomian di Tenggara Kota Berair

429
×

Gas Menjadi Penggerak Perekonomian di Tenggara Kota Berair

Sebarkan artikel ini

SEJAK didirikan Pada 28 Desember 2007, PT Donggi Senoro LNG (DSLNG) memiliki peran penting dalam pergerakan perekonomian di Provinsi Sulawesi Tengah, khususnya Kabupaten Banggai yang merupakan lokasi beroperasinya perusahan penghasil gas alam cair di Indonesia ini.

Stigma memperkaya kelompok tertentu dengan mengeruk kekayaan alam seakan terbantahkan. Sebab di awal masa rekonstruksi, perusahan ini telah mempekerjakan 70% warga lokal, dan ambil bagian dalam pergerakan, hingga upaya peningkatan perekonomian masyarakat melalui Corporate Social Responsibility (CSR).

Advertising

 

Nelayan Binaan DSLNG tengah merampungkan Kapal bermuatan 2 ton.(foto:sobirin)

Saat ini, perusahan pengelola gas alam ini pun, tengah memfokuskan diri dalam upaya peningkatan perekonomian masyarakat melalui CSR, dengan mengacu pada Perda Kabupaten Banggai nomor 3 tahun 2014, yaitu penyalurannya dibagi menjadi tiga lingkup wilayah. Ring pertama berada di tiga kecamatan yang berdekatan dengan lokasi perusahan yaitu yaitu Kecamatan Batui, Kecamatan Nambo dan Kecamatan Kintom dengan alokasi 70% dari dana CSR yang dianggarkan. Ring Kedua berada di seluruh wilayah Kabupaten Banggai terkecuali tiga kecamatan tersebut, dan terakhir adalah lingkup Provinsi Sulteng dengan total alokasi 30% dari biaya yang dikucurkan untuk program CSR.

CSR Manager PT DSLNG, Pandit Pranggana mengatakan, diawal proses penyaluran CSR pada tahun 2008, pihaknya menggunakan system stimulan. Namun seiring berjalannya waktu, langkah itu dinilai kurang efektif untuk membuat masyarakat mandiri. Pasalnya bantuan yang diberikan, justru dijual kembali oleh sebagian besar penerima CSR, Dengan dalil kebutuhan perekonomian. Mengantisipasi hal serupa kembali terjadi, pihaknya membentuk Departemen khusus untuk menangani CSR dan melakukan evaluasi terhadap kelompok penerima CSR, sebagai bentuk keseriusan dalam upaya membantu meningkatkan perekonomian masyarakat.

Salah satu Kelompok Wanita Tani, binaan DSLNG saat memetik cabai Gorontalo yang menjadi komoditi pertanian yang tengah dikembangkan.(foto: Sobirin)

Pada proses Evaluasi sendiri, saat ini ada 32 kelompok terdiri dari 16 kelompok tani dan 16 kelompok nelayan yang tengah dibina, tersebar di tiga kecamatan yang masuk dalam ring satu penyalurn CSR. Pembinaan yang dilakukan berupa memberikan edukasi, serta sistem manajemen kelompok melalui koperasi, agar manfaat dari CSR dapat dirasakan secara berkesinambungan dan menjadikan masyarakat mandiri.

“Kita tidak mau hanya sekadar memberikan bantuan, tapi bagaimana masyarakat itu kita ajarkan bisa mandiri. Agar kalau kita sudah tidak lagi beroperasi, mereka sudah tahu cara menghasilkan produk yang berkualitas serta arah pemasarannya,”ungkapnya disela-sela visit bersama awak media pada senin 26 Agustus 2019.

Lebih jauh Pandit menjelaskan, ada tiga pilar yang menjadi fokus mereka saat ini, yaitu Community Development terdiri dari beberapa sektro seperti Pendidikan berupa beasiswa utusan daerah, beasiswa Pendidikan berperstasi dan kurang mampu. Dari sektor ekonomi berupa program berkelanjutan dan pengembangan ekomoni lokal di sub sektor pertanian, nelayan, keuangan mikro, serta pengembangan desa mandiri. Untuk kesehatan berupa program intervensi gizi spesifik dan program peningkatan kapasitas tenaga kesehatan. Dan lingkungan berupa program konservasi Ex-Situ Maleo. Sementara focus kedua sendiri adalah Community Relations seperti terlibat langsung dalam berbagai kegiatan keagamaan, kebudayaan, yang terakhir adalah public Infrastructur berupa pembangunan infrastruktur berupa jalan sepanjang 32 kilometer.

“Kalau di kota Luwuk kita bantu bus sekolah, kios di RTH lalong dan saat ini tengah melakukan Feasibility Study untuk membangun integrasi di wilayah pesisir. Kalau untuk Sulteng, CSR kami banyak juga disalurkan untuk korban bencana di Palu, Sigi, dan Donggala,”imbuhnya.

Pemaparan data yang disampaikan seakan tak terbantahkan, ketika Kabarselebes.id diberi kesempatan untuk melihat langsung realisasi dari sejumlah program yang dipaparkan. Menempuh perjalanan kurang lebih 2 jam dari pusat kota Kabupaten Banggai, senyum hangat dari Kelompok Wanita Tani (KWT) Bilalang yang berda di kecamatan Bilalang langsung menyambut kedatangan kami.

Senyum Bahagia itu bukan tanpa sebab. Dengan rasa bangga dan bahagia, Yurince Bangian, ketua kelompok tani yang kami temui menjelaskan alasannya selalu terlihat riang ketika bertemu pekerja Donggi Senoro, tak lain adalah manfaat yang kini Ia dan kelompoknya mulai rasakan dari pendidikan sekolah lapang cabai serta manajemen pemasaran hasil panen.

Di usianya yang beranjak setengah abad, Yurince mengaku baru fokus pada satu komoditi yaitu cabai Gorontalo. Tanaman yang menjadi progres pengembangan pertanian DSLNG ini, diakuinya sangat menguntungkan. Pasalnya pemasaran dan perawatan yang dilakukan tidak memerlukan biaya besar, sebab dari pendidikan sekolah lapang cabai, Ia Bersama wanita tani lainnya turut diajarkan cara membuat membuat pupuk organik. Dimana hingga bulan Juli atau pada panen perdana, Petani mampu menjual 19 ton cabai dengan nilai mencapai Rp 500 juta.

“Dulu kami disini tanam serabutan, tergantung musim dan harga jual. Tapi sejak dibina DSLNG, saya sudah mulai fokus tanam cabai Gorontalo. Karena tempat menjual dan harganya sudah jelas pak,” ungkapnya sembari tersenyum.

Ungkapan serupa juga diutarakan Anto Nona’i, ketua Kelompok Nelayan Bolibis. Bantuan berupa modal pembuatan kapal bermuatan 2 ton serta perlengkapan menangkap ikan lainnya dianggapnya sangat membantu. Sebab Ia bersama kelompok lainya kini dapat melaut lebih jauh dengan kemungkinan hasil tangkapan yang lebih banyak.

“Alhamdulillah lah pak, hasil dari bantuan perusahan ini anak saya yang sekolah di STM bisa lulus dan adiknya sekarang sudah kelas dua SMK. Banyaklah pak, kelompok kami juga sudah tidak bingung kalau mau cari modal melaut, karena ada koperasi yang dibina perusahan juga,” katanya.

Dalam proses penerapan CSR, DSLNG juga membina tiga koperasi yaitu Koperasi simpan pinjam Posaanguan Boune Banggai yang telah beranggotakan 108 orang, Koperasi pertanian Momposaangu Tanga Nulipu dengan anggota 44 orang, dan koperasi perikanan Mitra Bahari Bakinbo yang memiliki 32 anggota. Pembinaan terhadap koperasi ini dilakukan bertujuan agar petani dan nelayan memiliki naungan untuk menjual hasil panen ataupun tangkapan mereka di stock point, serta memberi pinjaman jika mereka memiliki keperluan mendasar untuk bekerja sesuai dengan bidangnya.(*)

Silakan komentar Anda Disini….