PALU, KabarSelebes.id – Sungguh memilukan. Belum duka yang dirasakan akibat gempa bumi di Palu, Sulawesi Tengah, Hastuti kembali ditimpa musibah karena kehilangan anaknya yang menjadi salah satu penumpang Lion Air JT610.
Anaknya bernama Nurul Rezkianti, diketahui termasuk dalam daftar manifest pesawat.
Hastuti bercerita dirinya langsung bertolak ke Jakarta dari Palu ketika mendengar kabar pesawat yang ditumpangi anaknya jatuh. Hastuti datang bersama suami dan dua anaknya.
“Saya dari Palu. Dari Palu ke sini dengar dari televisi. Terus langsung datang ke Rumah Sakit Polri dan minta manifestnya,” ujarnya di dermaga JICT 2, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu tadi siang 31/10).
Sesampainya di Rumah Sakit Polri, Hastuti langsung diambil DNA untuk dicocokkan. Ia juga sudah menemukan identitas anaknya yang sudah ditemukan di dalam sebuah dompet.
“Kalau KTP, Kartu Mahasiswa, STNK, sudah ketemu sudah di rumah sakit Polri,” jelasnya.
Hastuti menjelaskan, sehari sebelum kejadian dirinya merasakan hal yang aneh. Ia merasakan hatinya kosong ketika itu. Ia pun sempat ingin pergi ke psikolog lantaran menurutnya apa yang dirasakannya itu merupakan trauma akibat musibah gempa bumi di Palu.
Hastuti tinggal di wilayah Petobo, Palu. Meski tidak terkena dampak yang sangat besar dia tetap merasakan hebatnya guncangan gempa di Palu.
“Kemarin (sehari sebelum kejadian) merasa lemas. Saya pikir karena pengaruh gempa, jadi saya ngerasa kosong. Saya bilang sama bapaknya, kayaknya mau ke psikolog karena rasanya kosong gitu,” jelasnya.
“Kan rumah saya dikelurahan Petobo, Palu, saya nggak terlalu kena (dampak) tapi saya merasakan banget gimana guncangannya, masih ingat betul saya,” lanjut Hastuti sambil berkaca-kaca.
Hastuti mengatakan anaknya menjadi salah satu anggota lembaga Association Internationale des Etudiants en Sciences Economiques et Commerciales (AIESEC). Ia menyebut Nurul Rezkianti sering berpindah tempat untuk mengikuti project dari lembaga tersebut.
“Sebelumnya dia di Ambon. Dia tunda satu semester itu kuliahnya karena kerja di Ambon untuk AIESEC itu. Itu tahun lalu, jadi tahun ini dia ambil Bangka Belitung. Sebenarnya di Bangka sudah selesai, cuman diminta tambah lagi sambil cari gantinya,” ungkapnya.
Hastuti becerita anaknya mengikuti lembaga international karena memiliki cita-cita untuk membangun Indonesia. Selama mengikuti lembaga mengikuti lembaga tersebut, ia memiliki keinginan kuat Agar memiliki besar kepada generasi muda di Indonesia.
“Cita-citanya tinggi sekali. Dia pengen membangun Indonesia. Dia dipanggil AIESEC ke luar tapi dia bilang Indonesia dulu. Dia maunya Indonesia dikenal dunia dulu pariwisatanya,” jelasnya.
Ia berharap anaknya dapat kembali ditemukan dengan selamat. Meski kecil kemungkinan, Hastuti tetap percaya diri anaknya bisa kembali ditemukan. Baginya tidak ada yang tidak mungkin ketika dirinya terus memanjatkan doa.
“Semoga ditemukan secepatnya supaya bisa kembali ke Palu. Harapan saya semoga dia masih bisa hidup saya bawa dia dan sehat. Tapi kalo Allah menghendaki lain saya akan terima. Sebelum ada keputusan terakhir saya masih berharap dia masih dapat pertolongan yang kuasa. Karena kemarin saya belajar dari peristiwa di Palu. Alhamdulillah nggak ada yang kena,” jelasnya.
Sampai saat ini data terakhir yang tercatat masih berjumlah 49 kantong jenazah yang ditemukan oleh tim gabungan basarnas, TNI, dan Polri. Belum ada jenazah yang ditemukan secara utuh sampai hari ketiga pencarian ini.(dtc-rvk/asp)