MORUT, Kabar Selebes – Tindakan para klaimer di sekitar lahan perkebunan kelapa sawit PT Agro Nusa Abadi (ANA) di Morowali Utara makin menakutkan. Tidak hanya melarang karyawan perusahaan melakukan panen, oknum-oknum itu juga membawa senjata tajam dan mengancam warga masyarakat yang tergabung dalam koperasi plasma.
“Sebagai putra daerah, saya prihatin. Negara harus hadir,” kata Jabar Lahadji, mantan anggota DPRD periode 2009-2014, Selasa (25/2/2025).
Menurut lelaki juga yang pernah bekerja sebagai aktivis lingkungan ini, tindakan para oknum klaimer itu akan sangat merugikan daerah, kepentingan daerah maupun masyarakat asli di sana yang lahir, besar dan turun temurun tinggal di Morowali Utara.
Jabar berharap aparat penegak hukum bisa segera bertindak, mencegah konflik dan mencari jalan keluar terhadap masalah yang terjadi di Morowali Utara. Ia khawatir bila ada pembiaran dan perusahaan seolah berada di pihak yang dipersalahkan terus-menerus.
Padahal, menurutnya, semua pihak harus menyadari dan mengetahui asal usul maupun tujuan pemerintah mengundang perusahaan untuk berinvestasi membangun perkebunan kelapa sawit di kawasan ini. Pemerintah waktu itu, menurut Jabar, mengundang investor justru untuk mengangkat derajat kehidupan masyarakat.
Sejauh ini, dampak positif itu sudah sangat tampak. Sebelum PT ANA datang dan mengoperasikan kebun maupun pabrik kelapa sawit, kondisi kawasan di sekitar perusahaan sangat minim. Jabar paham betul bagaimana desa-desa seperti Towora Pantai, Peboa, Towara, Molino, Bungin Timbe, Tompira, dan Bunta.
“Perlu diingat, desa-desa itu merupakan daerah transmigrasi dan transmigrasi lokal yang masuk kategori miskin,” kata Jabar sambil menyinggung situasi sebelum ada pemekaran wilayah menjadi Morowali dan Morowali Utara. Akses jalan sangat buruk. Begitu pula infrastruktur penting lainnya.
Multiflier effect bagi masyarakat dan desa-desa juga terasa dengan tumbuhnya toko-toko beserta sektor informal lain penunjang kebutuhan hidup penduduk.
Berkat perkebunan kelapa sawit PT ANA, sekarang desa-desa tersebut jauh lebih berkembang. Masyarakat dan kawasan semakin maju dan terjadi peningkatan kesejahteraan setelah ada pertambangan juga hadir.
“Hari ini, kalau kita lihat data di pemda, melalui Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perekonomian masyarakat banyak bertumpu pada industri perkebunan kelapa sawit PT ANA,” lanjut Jabar.
Karena itu, terkait dengan tindakan para klaimer mengancam karyawan maupun anggota koperasi plasma, Jabar amat sangat menyayangkan. Dia bahkan mengaku heran, bagaimana mungkin lahan yang dulu sangat marjinal, seperti tidak bisa diolah dan tidak berpenghuni secara tiba-tiba banyak yang mengaku sebagai pemilik lahan.
“Agar klaim lahan tidak sampai berujung konflik, perlu tindakan tegas dari pemerintah dan aparat penegak hukum,” katanya. (*)