PALU, Kabar Selebes – Proyek pengendali banjir yang sedang dikerjakan di Kota Palu menjadi sorotan, terutama karena progres yang baru mencapai 50 persen meskipun kontrak proyek senilai Rp150 miliar ini dijadwalkan selesai pada Desember 2024.
Proyek yang didanai oleh pinjaman dari Japan International Cooperation Agency (JICA) ini mengalami berbagai kendala, mulai dari keterlambatan pengadaan material hingga masalah teknis di lapangan.
Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Lukky Semen SE, menyampaikan keprihatinannya terhadap keterlambatan proyek ini.
“Saya sudah berkoordinasi langsung dengan pihak Balai Wilayah Sungai (BWS) Sulawesi III, dan mereka mengakui adanya deviasi serta keterlambatan dalam pekerjaan,” ujar Lukky dalam keterangannya, Kamis (8/8/2024) seperti dilansir MetroSulteng.com.
Menurut Lukky, proyek ini mencakup tiga sungai utama di Palu, yaitu Sungai Palu, Sungai Kawatuna, dan Sungai Ngia. Meski deviasi sudah berkurang menjadi 11 persen, progres keseluruhan pekerjaan masih belum sesuai harapan.
Menanggapi hal ini, BWS Sulawesi III Palu bersama kontraktor pelaksana PT Selaras Mandiri Sejahtera (SMS) telah melakukan berbagai langkah percepatan.
Salah satunya dengan menambah jumlah alat berat, terutama alat pancang, dan memperpanjang jam kerja menjadi siang dan malam.
Harry Mantong, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) proyek tersebut, menjelaskan bahwa bobot pekerjaan paling besar terletak pada pemancangan CCSP (Cast-in-Situ Concrete Sheet Pile), yang mencapai 80 persen dari total pekerjaan.
“Kita sedang berusaha mengejar keterlambatan ini. Memang banyak kendala di lapangan, terutama karena adanya sisa-sisa pekerjaan lama seperti tanggul dan bronjong yang menghambat proses pemancangan,” jelas Harry.
Salah satu penyebab utama keterlambatan adalah kelangkaan material batu pecah atau split, yang menjadi elemen vital dalam pembangunan.
Kontraktor terpaksa menunggu ketersediaan stok material ini, yang memengaruhi jadwal kerja di lapangan.
Selain itu, proses pemancangan juga mengalami kendala teknis, di mana pancang yang sudah tertanam harus dicabut kembali karena terdapat sisa-sisa beton dari pekerjaan sebelumnya.
Meski demikian, pihak BWS Sulawesi III tetap optimis pekerjaan dapat selesai tepat waktu. Namun, Lukky Semen tetap mempertanyakan apakah dengan sisa waktu kontrak yang hanya empat bulan, pekerjaan ini benar-benar bisa diselesaikan sesuai target.
“Saya berharap pihak kontraktor dapat menyelesaikan pekerjaan ini dengan baik, mengingat dampak besar yang ditimbulkan jika proyek ini tidak selesai tepat waktu. Kita akan terus memantau perkembangannya,” tegas Lukky.(Ms)