DONGGALA, Kabar Selebes – Mengisi waktu kosong akibat sepi order kiriman barang sejak pandemi covid-19, Nukman (43 tahun), sopir truk asal Desa Batusuya, Kecamatan Sindue, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah kini ‘banting setir’ menjadi petani bonsai kelapa.
Ia memilih pohon kelapa untuk dijadikan bonsai karena perawatannya tidak begitu rumit. Bonsai kelapa hasil ide kreatif Nukman ini juga bisa dibilang sangat unik, dan bernilai seni tinggi dengan ukuran tinggi tak kurang dari 30 centimeter.
Ketika berkunjung kerumahnya, pohon kelapa mini tampak terlihat cantik tumbuh subur di dalam pot bunga depan rumah. Nukman mengaku iseng memulai menanam bonsai sebab sejak adanya corona, sopir sepertinya sepi kiriman.
“Jadi enggak ada kegiatan. Di sekitar rumah banyak pohon kelapa, saya coba jadikan bonsai ternyata bisa. Ide ini saya dapat dari, nonton Youtube di bagian Jawa dan Bali, disana bonsai kelapa bisa dijual sampai jutaan rupiah,” kata Nukman, Minggu (20/9/2020) kepada wartawan media ini.
Butuh ketelatenan agar bonsai buatannya tidak mudah mati di masa pembibitan. Bibit bonsai yang ia tanam berasal dari buah kelapa yang sudah tua dan mengering. Jika dibiarkan, tunas di dalam buah kelapa yang sudah berwarna coklat ini akan muncul dengan sendirinya.
“Nah, kalau sudah muncul tunas sepanjang 5 centimeter di pucuk buah, barulah ijuk kelapa ini kita kupas sampai kelihatan akarnya dan terlihat batok kelapanya. Nanti batok kelapa dan akar ini kita biarkan di atas botol berisi air agar akarnya halusnya bisa tumbuh ke bawah ke dalam botol berisi air. Proses ini adalah proses pertama mengkerdilkan pohon kelapa,” tambahnya.
Selama proses pengkerdilan, bibit bonsai kelapa ini cukup dibiarkan saja hingga satu bulan lamanya. Agar bibit tak mati, batok kelapa harus sering disiram air agar tetap terlihat basah.
Kata Nukman, akarnya dibiarkan tumbuh memanjang ke bawah. Apabila akar sudah sampai dasar botol air mineral, batok kelapa kemudian diangkat untuk dipindahkan ke media tanah dengan pot bunga dan jadilah bonsai pohon kelapa.
“Kalau sudah usia enam bulan tampilan bonsainya semakin cantik. Jika biasanya pohon kelapa bisa tumbuh bisa sampai puluhan meter, karena dibonsai tingginya nanti paling hanya mencapai 30 centimeter saja,” terang Nukman.
Selain itu, agar bonsai kelapa ini tumbuh subur, dan kerdil secara maksimal, Nukman juga rutin melakukan perawatan dengan selalu mengupas daun pohon yang mengering, membengkokkan dahannya dan tak lupa selalu menyiramnya dengan air setiap hari.
“Seminggu sekali media tanahnya juga harus rutin kita beri obat menggunakan penyedap rasa biar bonsai tetap tumbuh subur. Batok kelapanya kadang malah dibiarkan dan divernis, dan itu menambah nilai jual karena nilai seninya lebih tinggi,” jelas sopir truk yang biasa mengirim Kopra ke Surabaya ini, melalui agen pengepul di pelabuhan Donggala.
Nukman berharap, dengan beralih profesi menjadi petani bonsai kelapa bisa menjadi ladang penghasilan baru di masa pandemi Covid-19 seperti ini.
Terlebih sejak pandemi Covid-19 dampak ekonomi sangat dirasakan bagi dirinya yang hanya sebagai sopir Kopra kering dan bahan campuran lainnya akibat order kiriman barang berkurang drastis.
Ia menyebutkan,satu pot bonsai kelapa ini dijual dengan harga Rp.150 hingga Rp. 250 ribu, namun jika sudah di tambah pernis akan di naikan seharga Rp 300 ribu satu pot bonsai kelapa tersebut.
“Ya mudah-mudahan usaha yang saya lakukan ini bisa menjadikan ladang usaha baru. Sesuai dengan ajakan pemerintah kita juga harus tetap survive meski sekarang ekonomi sedang sulit. Menggapai kehidupan baru dengan new normal kita harus berfikir kreatif dan tak hanya berpangku tangan kepada pemerintah saja,” harapnya. (maf/ap/fma)
Laporan : Mohammad. Arief