PALU, Kabar Selebes – Ratusan pengemudi Ojek Online (Ojol) yang tergabung dalam Grab Bike Driver kota Palu melakukan aksi menuntut pihak perusahan mengembalikan skema Insentif yang telah berubah.
Aksi yang berlangsung pada Rabu (12/8/2020), para Ojol mengawali aksinya dengan mendatangi kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sulawesi Tengah (Sulteng) dan dilanjutkan menyegel kantor operasional Grab Cabang Palu di Jalan Basuki Rahmat.
Pada keterangannya Kordinator aksi Latif mengungkapkan, para driver sebagai kemitraan grab merasa dirugikan sebab pembayaran Insentif yang dianggap tak sebanding dengan akomodasi yang digunakan oleh para driver.
“Perlakukan sistem kerja yang adil, tidak hanya menguntungkan sebelah pihak, karena berdiri sama sejajar,” katanya saat menyampaikan orasi di Depan Kantor DPRD Sulteng.
Selain itu Fikri salah satu Grab pada saat orasi menyatakan, dengan adanya perubahan Insentif jelas sangat merugikan para driver.
“Sudah ada model kolonialisme gaya baru, boleh jadi penjajahan gaya baru terjadi di negeri ini, sedangkan pihak grab sendiri datang dari negeri asing,” ujarnya berapi-api
Pantauan kabarselebes.id, setelah melakukan aksi dan diterima oleh DPRD Sulteng dalam hal ini I Nyoman Slamet selaku perwakilan Komisi IV, massa meminta untuk dijembatani agar bisa mengadakan hearing bersama pihak grab untuk menyelesaikan persoalan.
Lebih lanjut diterangkan Latif, selain menuntut Intensif pihaknya juga menginginkan sistem kerja yang adil.
Ia menyatakan dengan sistem yang baru, para ojol dipaksa bekerja lebih keras untuk memperoleh intensif.
“Kalau dulu 20 penumpang sudah bisa dapat, maka sekarang dengan sistem yang ada dipaksa bekerja sampai dengan 60 perjalanan, secara nalar itu sudah tidak masuk akal,” ungkapnya.
Pihaknya menjelaskan sebelumnya, untuk mendapat intensif, para ojol tidak terlalu banyak membutuhkan penumpang.
“Dulu kalau berhasil mendapat 120 berlian kita mendapat insentif sebesar 20 ribu, kemudian 160 kita mendapat 24 ribu, nah pada perubahan sekarang sudah tidak berlaku lagi dimana per berlian hanya dihitung 100 rupiah,” ungkapnya.
Hal inilah yang menurut mereka tidak masuk akal, dimana trip perjalanan yang dibutuhkan harus banyak yang notabenya sangat mustahil untuk didapatkan.
Terlebih kata dia, semua operasional perjalanan ditanggung oleh pihak Ojol, mulai dari membeli bahan bakar, dan juga perawatan kendaraan.
Maka dengan adanya perubahan ini, para Ojol mengaku kecewa karena menyangkut perihal keamanan dari penumpang apabila kendaraan tidak terawat karena modal pemasukan yang sangat kurang.
Sementara itu, menanggapi permintaan massa aksi, Nyoman Slamet menyatakan segera akan melakukan Rapat dengar Pendapat bersama para Ojol dan juga pihak perusahan.
Ia meminta para Ojol agar menyurat sebagai bukti agar bisa untuk ditindak lanjuti.
Selain itu ia juga mendukung para massa aksi untuk melakukan demo lebih besar lagi apabila ada ojol yang dikeluarkan karena telah menuntut intensif melalui aksi massa. (ap/fma)
Laporan: Adi Pranata.