SIGI, Kabar Selebes –Aksi Cepat Tanggap (ACT) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) terus memperluas cakupan wilayah implementasi bantuan program bertajuk Masyarakat Produsen Pangan Indonesia (MPPI).
Kali ini, sasarannya petani di Desa Pakuli Utara, Kecamatan Gumbasa, Kabupaten Sigi.
Implementasi Program MPPI yang didukung oleh Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras atau Perpadi dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan tanam raya di lahan seluas 106 hektare oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulteng.
Program MPPI itu, menyasar 30 anggota Kelompok Tani Harapan Jaya 2, dengan harapan agar mampu memproduksi hasil panen dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik.
Selain program pemberdayaan, ACT Sulteng juga menyalurkan bantuan modal berupa pupuk dan obat hama yang bertujuan meningkatkan kualitas hasil panen.
Kepala Cabang ACT Sulteng, Nurmarjani Loulembah mengatakan, program MPPI diselenggarakan untuk mendongkrak kesejahteraan bagi petani di Desa Pakuli dengan melihat panjangnya mata rantai pengolahan dan distribusi beras akibat ulah tengkulak yang banyak mengambil keuntungan.
“Bahkan para petani, yang notabene adalah masyarakat kecil, tidak punya kekuatan untuk menguasai mata rantai distribusi, karena tidak memiliki akses terhadap modal, teknologi dan pengetahuan yang cukup,” kata Nurmarjani, Rabu (8/7/2020).
Ia menambahkan, melalui Program MPPI, kedepannya ACT Sulteng berikhtiar mensejahterakan para petani di Kabupaten Sigi dengan fokus pada pemberdayaan petani yang akan dijadikan stakeholder utama dalam menjaga ketahanan pangan nasional.
Sebab, Kabupaten Sigi merupakan daerah penyuplai beras untuk beberapa kabupaten, termasuk Kota Palu, bahkan ditetapkan menjadi lumbung padi di Provinsi Sulteng.
“Insya Allah kami terus hadir untuk membersama para petani yang saat ini masih menjerit, karena terus-terusan berutang agar mendapatkan modal di masa tanam,” ujarnya.
- Petani Dituntut Mempelajari Teknologi Terbaru
Bupati Kabupaten Sigi, Mohamad Irwan Lapata dalam sambutannya mengatakan, beberapa hal yang harus didorong untuk mewujudkan kesejahteraan petani, yakni dalam rangka penguatan ekonomi khususnya pertanian.
Artinya kata dia, jika sebelumnya petani menanam untuk kebutuhan keluarga, maka kedepannya harus meningkatkan produktivitas padi demi ketahanan pangan.
Dengan begitu, masyarakat petani dituntut untuk mempelajari teknologi terbaru, salah satunya Teknologi Jarwo Super dan VUB Inpari Padjajaran.
“Penguasaan teknologi itu sangat penting. Kenapa, karena ketika memiliki alat, tetapi tidak dikuasai, hasilnya akan nihil dan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Nah, ketika memiliki peralatan, dan didukung oleh penguasaan alat oleh petani, maka tujuan kita bisa tercapai,” ujarnya.
Irwan menambahkan, dengan teknologi, petani bisa mengatur manajemen kerja, mengurangi jam, bahkan mengurangi tenaga pekerja.
Sehingga, berapapun yang ditargetkan masyarakat petani target, dirinya yakin bisa tercapai.
Contohnya, sawah dengan luasan 10 hektar, jika satu hektar bisa mencapai hasil gabah 11 ton, berarti dengan 10 hektar akan menghasilkan 110 ton.
“Nah, target ini yang akan dicapai melalui manajemen yang dikelola oleh petani berdasarkan hasil peningkatan kapasitas dari penyuluh melalui teknologi-teknologi terbarukan, yang dapat meningkatkan pendapatan petani. Begitu juga dengan pendampingan dari ACT tentunya,” terangnya.
Irwan mengaku sangat berterima kasih kepada para pihak, khususnya ACT Sulteng yang siap membantu warga Kabupaten Sigi.
Menurutnya, hadirnya ACT Sulteng yang bersinergi bersama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) dan BPTP, merupakan angin segar bagi petani.
“Terima kasih juga kepada Perpadi yang telah mendukung program ACT, sehingga bisa menyalurkan bantuan dan pendampingan,” ucapnya. (rlm)
Laporan: Roy L. Mardani