SIGI, Kabar Selebes – Endang Herdianti, bukan nama yang asing bagi mereka yang berjuang membela hak-hak perempuan di Lembah Palu. Lebih satu dasawarsa waktunya dicurahkan untuk membangun kesadaran para perempuan urban di Kota Palu maupun yang ada di pelosok desa-desa di Kabupaten Sigi dan Kabupaten Donggala.
Bersama dengan rekan seperjuangannya di LSM Solidaritas Perempuan, Endang membela buruh perempuan migran yang hanya menjadi sapi perahan perusahaan jasa pengiriman TKI, mengadvokasi korban kekerasan dalam rumah tangga, serta memperkuat ketahanan ekonomi perempuan.
Dalam kurun enam tahun terakhir, jebolan Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako ini memperluas medan perjuangannya dengan bergabung di Partai Nasdem. Nasib baik belum berpihak padanya saat maju menjadi caleg di Kab. Sigi pada Pemilu 2014. Gagal, tidak menyurutkan tekad Endang untuk memperjuangkan nasib perempuan di parlemen.
Melalui Pemilu Legislatif 2019, mantan Ketua Solidaritas Perempuan Palu ini berhasil mencatatkan namanya di antara 30 anggota DPRD Sigi periode 2019-2024 yang diambil sumpah dan janjinya pada 30 Agustus 2019 ini.
Alasan mantan Ketua Korps HMI Wati ini terjun ke politik, berangkat dari keprihatinan atas banyak regulasi yang merupakan produk politik justru tidak berpihak pada perempuan. Belum lagi kebijakan anggaran yang menurutnya hanya menetes untuk program-program pemberdayaan dan perlindungan terhadap perempuan.
“Perjuangan tidak cukup hanya menyentuh persoalan di hilir, tapi persoalan di hulu (regulasi dan program) tidak tertangani dengan baik. Semua harus ditangani secara simultan,” katanya.
Agenda perioritas setelah bekerja sebagai wakil rakyat adalah merampungkan Perda buruh migran yang sekian tahun didorong aktivis perempuan di Kabupaten Sigi. “Pemulihan dan pemenuhan hak-hak perempuan korban bencana gempa dan likuifaksi juga menjadi perioritas,” tegasnya.
Endang mengakui kerja-kerja di parlemen jauh lebih berat dibanding kerja-kerja di basis rakyat. Setiap gagasan butuh dukungan lintas partai yang ada di dewan serta diterima oleh eksekutif. “Dalam praktiknya kadang tidak semudah yang dipikirkan. Semua harus dikompromikan, namun sesuatu yang sifatnya prinsip tentu harus saya dan teman-teman seperjuangan akan pertahankan,” tegasnya.
Istri dari aktivis lingkungan Ahmad Pelor ini juga menyadari godaan jabatan dan materi di dunia politik terkadang memabukan bagi sebahagian orang sehingga idealismenya tergadai dan melupakan misi mulianya diawal terjun ke politik.
“Tegur dan ingatkan saya jika jalan saya keluar dari garis perjuangan rakyat, khususnya perempuan. Doakan saya agar tetap istiqamah,” demikian pesan Endang Herdianti kepada rekan seperjuangan dan konstituennya di Kabupaten Sigi.(Dink)