PALU, Kabar Selebes – Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Palu, Sulawesi Tengah, Prof Dr KH Zainal Abidin MAg berpidato tentang membangun kerukunan antaragama untuk mewujudkan kedamaian berlangsung di Gereja Katolik, di Palu, Minggu.
“Kedamaian, ketentraman dan kebenaran adalah ajaran semua agama,” ucap Prof Dr KH Zainal Abidin MAg dalam pidatonya di hadapan Pimpinan Gereja Katolik/Uskup Manado, di Palu.
Prof Zainal Abidin MAg di hadirkan oleh Gereja Katolik dengan kapasitas Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulawesi Tengah, untuk menyampaikan pidato/sambutan pada peresmian atas pembangunan Gereja Katolik Umat Paroki Santo Paulus.
Guru Besar Pemikiran Islam Modern Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu itu menyatakan bahwa, apa yang dilakukan oleh Umat Katolik khususnya umat Gereja Santo Paulus merupakan satu bentuk keterbukaan dalam rangka membangun persaudaraan antarsesama manusia dan antaragama.
“Ini satu bentuk penghormatan dari Umat Katolik, memberikan kesempatan atau melibatkan umat dari agama lain untuk hadir dalam peresmian Gereja Katolik,” sebut Rektor Pertama IAIN Palu itu.
Toleransi dengan, sebut Rois Syuria Nahdlatul Ulama sulawesi Tengah itu bahwa, menghormati kepercayaan umat agama lain, tidak merubah kepercayaan/aqidah seseorang.
Kepercayaan atas suatu kebenaran oleh umat atau penganut agama lain, tidak boleh atau tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun. Karena kepercayaan atau meyakini suatu kebenaran, adalah hak mutlak setiap manusia.
Olehnya, kata dia, moderasi beragama, yaitu membentuk penganut agama yang moderat. Untuk mencapai hal itu, sekurang-kurangnya ada tiga prinsip moderasi beragama, pertama humanis, realistis dan toleran.
“Kita perlu realistis, bahwa keberagaman yang terjadi adalah kehendak Tuhan, kehendak Allah. Bukan kehendak manusia. Ini adalah sebuah realita yang ada dalam kehidupan, yang harus di hargai, di junjung tinggi dan dihormati,” ujar dia.
Karena itu, mengutarakan bahwa kehadiran gereja sangat penting, gereja menjadi tempat untuk mendapatkan kedamaian, kebenaran dan kenyamanan bagi umatnya.
Keberedaan atau hadirnya gereja, kata dia, merupakan cerminan keberagaman, sekaligus menjadi kekuatan umat untuk membangun kebersamaan dalam keberagaman di Sulteng.
Terkait hal itu, Pastor Paroki Gereja Katolik Santo Paulus Palu, Pastor Wilhelmus Thome mengemukakan siapapun kita dari latar belakang apapun, kita merupakan Indonesia, satu nusa, satu bangsa.
“Dari kesatuan itulah kita di ajak untuk membangun jiwa dan raga, di ajak untuk membangun bangsa secara bersama-sama,” ujar Pastor Wilhelmus Thome dalam sambutannya.
Prof Zainal Abidin MAg dan Pastor Wilhelmus Thome, turut serta menandatang prasasti peresmian Gereja Katolik Santo Paulus Palu yang di resmikan oleh Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola, di wakili oleh Sekretaris Daerah Provinsi Sulteng Hidayat Lamakarate dan Uskup Manado.(*/Mad/Hum)