PALU, Kabar Selebes – Pada Maret 2019, penduduk miskin Sulawesi Tengah mencapai 410, 36 ribu orang atau berkurang 3,13 ribu orang dibanding dengan kondisi September 2018 sebesar 413,49 ribu orang atau 13,69 persen.
“Jadi kategori penduduk miskin yaitu penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan dibawah garis kemiskinan, dan tahun ini penduduk miskin berkurang hingga 13,13 ribu orang,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulteng, Faisal Anwar saat menggelar siaran pers, Senin, (15/7/2019)
Sedangkan persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2018 sebesar 9,50 persen turun menjadi 9,32 persen pada Maret 2019.
Sementara persentase penduduk miskindi daerah perdesaan pada September 2018 sebesar 15,41 persen turun menjadi 15,26 persen pada Maret 2019.
“Selama periode September 2018 – Maret 2019, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan naik sebanyak 0,90 ribu orang (dari 83,84 ribu orang pada September 2018 menjadi 84,74 ribu orang padaMaret 2019),” jelasnya.
Sementara di daerah perdesaan turun sebanyak 4,03 ribu orang (dari 329,65 ribu orang pada September 2018 menjadi 325,62 ribu orang pada Maret 2019).
Kepala Bidang Statistik Sosial BPS Sulteng, Mohammad Wahyu Yulianto menambahkan, peranan komoditi makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan).
Sumbangan garis kemiskinan makanan terhadap garis kemiskinan pada Maret 2019 tercatat sebesar 76,35 persen. “Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan kondisi September 2018 yaitu sebesar 76,14 persen,” jelasnya.
Ia menjelaskan jenis komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai garis kemiskinan di perkotaan maupun di perdesaan, adalah beras, rokok kretek filter, kue basah, tongkol/tuna/cakalang, telur ayam ras, gula pasir, mie instan, cabe rawit, bawang merah, roti, kopi bubuk dan kopi instan (sachet).
Sedangkan, untuk komoditi bukan makanan yang besar pengaruhnya adalah biaya perumahan, bensin, listrik, pendidikan, dan perlengkapan mandi.
Secara umum, pada periode 2010 – Maret 2019 tingkat kemiskinan di Sulawesi Tengah mengalami penurunan baik dari sisi jumlah maupun persentasenya, namun sejak 2015 tingkat kemiskinan tersebut menunjukkan fluktuasi yang cenderung meningkat dan trennya cenderung turun lagi sejak September 2017.
Kenaikan jumlah dan persentase penduduk miskin terutama dipicu oleh kenaikan harga barang kebutuhan pokok seperti beras, ikan, telur, gula, dan mie instan, serta juga dipicu tingginya konsumsi rokok di kalangan penduduk miskin. (Sarifah Latowa)