MOROWALI, Kabar Selebes – Nickel Industries Limited (NIC) menggandeng pemerintah desa, masyarakat, dan sektor swasta dalam membangun ekosistem pengelolaan sampah yang inklusif dan berkelanjutan di Desa Makarti Jaya, Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.
Inisiatif ini dikemas melalui forum diskusi bertajuk Focus Group Discussion (FGD) “Membangun Sinergi Lima Pilar Pengelolaan Sampah Menuju Sistem Terintegrasi dan Berkelanjutan” yang digelar di MTs Alkhairaat Makarti Jaya, Rabu, 1 Mei 2025.
FGD ini menjadi ruang partisipatif yang mempertemukan masyarakat, sektor swasta, dan para pemangku kepentingan, seperti Dinas Lingkungan Hidup Morowali, Pemerintah Kecamatan Bahodopi, KSM Ara, PT Selebes Kreatif Indonesia, dan Yayasan Peduli Negeri (YPN), guna merumuskan strategi konkret dalam mengelola sampah secara terpadu.
Nickel Industries melalui program Makarti Jaya Lestari Olah Sampah (MALEO) menunjukkan komitmennya terhadap penerapan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG), khususnya pada aspek lingkungan dan sosial.
“Bahodopi berkembang menjadi kawasan urban-industri dengan pertumbuhan populasi yang pesat, dan hal ini memicu peningkatan volume sampah. Kami memandang perlu adanya solusi nyata dan kolaboratif, dengan mengedepankan peran aktif masyarakat dalam pengelolaan sampah,” kata Chrisma Virginia, Industrial Process Sustainability Lead Nickel Industries.
Data survei internal Nickel Industries tahun 2023 mengungkapkan, meskipun 67 persen warga Bahodopi memahami perbedaan sampah organik dan anorganik, sebagian besar tidak bisa menyebutkan contohnya. Bahkan 94 persen belum pernah mendengar konsep reduce, reuse, recycle (3R).
Menanggapi hal tersebut, Nickel Industries berkolaborasi dengan Pemerintah Desa Makarti Jaya dan Yayasan Peduli Negeri dalam program MALEO guna meningkatkan kapasitas warga sekaligus membuka peluang ekonomi dari aktivitas daur ulang.
Saharuddin Ridwan dari YPN menegaskan bahwa FGD ini menjadi ruang strategis untuk merumuskan sistem pengelolaan sampah yang adil, efektif, dan bertanggung jawab.
“Keberhasilan program ini bertumpu pada lima pilar utama, yaitu regulasi, kelembagaan, pembiayaan, pemberdayaan masyarakat, serta teknologi. Keterlibatan aktif semua pihak menjadi kunci dalam membangun sistem pengelolaan yang menyeluruh,” ujarnya.
Salah satu hasil FGD adalah kesepakatan lima langkah strategis untuk penguatan sistem persampahan di desa, meliputi penyelarasan regulasi, skema pembiayaan berkelanjutan, pembentukan kelembagaan bank sampah dan TPS3R, partisipasi masyarakat, serta penerapan teknologi tepat guna.
Sementara itu, Rakhmat Hidayat dari PT Hengjaya Mineralindo, anak perusahaan Nickel Industries, menambahkan bahwa perusahaan turut mendukung pemberdayaan masyarakat melalui program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM).
“Lewat forum ini, kami ingin membangun kesadaran bersama tentang pentingnya pemilahan sampah, pengurangan plastik, dan penguatan prinsip daur ulang. Semua itu penting untuk menciptakan desa yang sehat, lestari, dan mandiri,” ucap Rakhmat.
Melalui pendekatan partisipatif di program MALEO, Nickel Industries menunjukkan upaya nyata dalam mendukung pengelolaan sampah berbasis komunitas, yang tidak hanya berdampak lingkungan tetapi juga mendorong tata kelola lokal yang inklusif dan transparan.
Sinergi antarpemangku kepentingan di Desa Makarti Jaya diharapkan menjadi model pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan dan dapat direplikasi di wilayah lainnya. (*)