Tutup
Sulawesi Tengah

Tuding PT CPM Cemari Lingkungan, Ampera  Sebut Temukan Kandungan Sianida dan Merkuri di Saluran Air Bawah Tanah

334
×

Tuding PT CPM Cemari Lingkungan, Ampera  Sebut Temukan Kandungan Sianida dan Merkuri di Saluran Air Bawah Tanah

Sebarkan artikel ini
Aliansi Mahasiswa Peduli Rakyat (Ampera) saat konferensi pers usai aksi protes PT CPM.(Foto: Abdee)

PALU, Kabar Selebes – Aliansi Mahasiswa Peduli Rakyat (Ampera) mengecam keras aktivitas pertambangan emas yang dijalankan oleh PT Citra Palu Minerals (CPM) dan rekanan Macmahon. Dalam aksi unjuk rasa yang berlangsung di kantor DPRD dan Polda Sulawesi Tengah hari ini, para mahasiswa menuding perusahaan tersebut telah mencemari lingkungan dan mengancam kesehatan masyarakat.

Setelah aksi unjuk rasa, para demonstran menggelar konferensi pers di sebuah kafe di Kota Palu. Dalam keterangannya, Koordinator Lapangan (Korlap) Ampera, Ahmad Assidik, menegaskan, mereka turun ke jalan sebagai bentuk protes terhadap eksploitasi tambang yang sudah mencemari lingkungan.

“Hasil kajian yang kami lakukan menemukan adanya kandungan beracun seperti sianida dan merkuri yang telah mencemari saluran air bawah tanah, sehingga air yang dikonsumsi masyarakat berisiko mengandung zat berbahaya,” kata Ahmad Assidik.

Selain pencemaran air, Ampera juga menyoroti penggunaan metode blasting yang meragukan dalam operasional tambang. “Kami mempertanyakan legalitas metode tersebut, apakah telah memenuhi persyaratan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dan Izin Usaha Pertambangan (IUP). Tata kelola limbah yang buruk dan pembuangan sembarangan semakin memperburuk kondisi lingkungan,” tegasnya.

Wakil Koordinator Lapangan (Wakorlap) I, Haikal, menambahkan, “Tidak hanya air, kualitas udara di sekitar area tambang juga terancam. Bahan berbahaya yang digunakan dalam proses pertambangan bisa terlepas ke udara, yang jika terakumulasi dalam jumlah besar dapat menimbulkan risiko kesehatan serius.”

Sementara itu, Wakil Koordinator Lapangan II, Jalal, menyoroti letak tambang yang berada di daerah rawan gempa, yakni wilayah yang dilalui oleh Sesar Palu Koro. “Wilayah kita rawan gempa. Apabila metode operasional pertambangan tidak memperhatikan aspek keselamatan lingkungan, maka hal ini dapat meningkatkan risiko bencana yang mengancam keselamatan masyarakat,” ujarnya.

Melalui aksi ini, Ampera mendesak agar pihak berwenang segera melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kegiatan pertambangan di Poboya. Mereka menginginkan penghentian operasi yang dinilai telah mencemari lingkungan serta penerapan standar pengelolaan lingkungan yang lebih ketat agar dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dapat dicegah.(abd)

Silakan komentar Anda Disini….