MOROWALI, Kabar Selebes – Kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) telah berhasil mentransformasi wilayahnya menjadi daerah industri nikel terbesar di Asia. Transformasi ini memberikan kontribusi besar sebagai multiplier effect terhadap geliat ekonomi lokal, terutama di Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah.
Salah satu faktor pendorong utama adalah meningkatnya kebutuhan nikel sebagai bahan baku utama baterai kendaraan listrik, seiring gencarnya era transisi energi yang digaungkan pemerintah selama satu dekade terakhir. Selain itu, kebutuhan bahan baku logam berkualitas untuk pembangunan infrastruktur juga memperkokoh permintaan nikel di pasar global.
Menurut Prof. Dr. rer. pol. Patta Tope, SE, guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tadulako, pertumbuhan ekonomi Morowali dalam tiga tahun terakhir selalu mencatatkan angka impresif, sering kali melampaui pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah dan nasional. “Morowali dengan pertumbuhan ekonomi tiga tahun terakhir selalu di atas 20% telah menjadi sentra ekonomi baru di Timur Indonesia. Pada tahun 2021, pertumbuhan ekonomi Morowali mencapai 25,12%, tahun 2022 tumbuh 28,36%, dan pada 2023 mencapai 20,3%,” ujarnya.
Laju pertumbuhan ekonomi Morowali juga didukung oleh tren panjang yang positif. Sepanjang tahun 1994-2023, pertumbuhan ekonomi Morowali hampir tidak pernah berada di bawah 5%, bahkan sering kali berada pada kisaran 10-30%. Data terbaru menunjukkan, pada triwulan II tahun 2024 terhadap triwulan II tahun 2023, ekonomi Sulawesi Tengah tumbuh 9,75% secara tahunan. Dari sisi produksi, lapangan usaha industri pengolahan mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 18,71%, sementara dari sisi pengeluaran, komponen ekspor barang dan jasa tumbuh signifikan sebesar 23,69%.
Kawasan IMIP juga berkontribusi besar terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Morowali. Pada 2018, PAD Morowali tercatat sebesar Rp181,232 miliar dan meningkat menjadi Rp586,164 miliar pada 2023. Per Juni 2024, realisasi PAD telah mencapai Rp346,381 miliar dengan target Rp627,115 miliar di akhir tahun.
“Hadirnya kawasan industri seperti IMIP tidak hanya meningkatkan serapan tenaga kerja, tetapi juga menarik investasi besar dan memberikan dampak positif pada penerimaan negara dalam bentuk pajak,” jelas Prof. Patta Tope.
Industri Pengolahan dan Pertambangan Sebagai Sektor Unggulan
Kajian Fiskal Regional (KFR) Triwulan II 2024 oleh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Sulawesi Tengah menyebutkan, industri pengolahan dan sektor pertambangan dan penggalian adalah sektor unggulan dengan kontribusi terbesar terhadap PDRB Sulawesi Tengah. Selain itu, sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil, dan sepeda motor juga memberikan kontribusi signifikan, terutama dalam mendukung penerimaan perpajakan di wilayah tersebut.
Prof. Patta Tope menekankan pentingnya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) di Sulawesi Tengah untuk mendukung keberlanjutan kawasan IMIP. “Tantangan utama adalah bagaimana pengembangan IMIP dapat sejalan dengan peningkatan SDM lokal, khususnya di Morowali. Jika ini tercapai, kontribusi IMIP terhadap perekonomian akan semakin maksimal,” ujarnya.
Dari sisi investasi, IMIP juga mencatatkan pertumbuhan signifikan. Nilai investasi di kawasan ini mencapai US$20,927 juta pada 2022, meningkat menjadi US$30,146 juta pada 2023. Hingga Juni 2024, akumulasi nilai investasi telah mencapai US$31,683 juta.
Multiplier Effect pada Sektor UMKM
Keberadaan IMIP turut memicu pertumbuhan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di sekitar kawasan. Bisnis kos-kosan, rumah makan, dan laundry semakin menjamur, memberikan dampak langsung terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal.
“Ekonomi masyarakat bangkit dan terus berkembang. Jika dilihat dari sisi ekspor, nilai yang dihasilkan Morowali, khususnya dari IMIP, sangat besar. Hal ini harus terus dipertahankan dan ditingkatkan agar kawasan ini menjadi fokus sentra ekonomi baru di Timur Indonesia,” pungkas Prof. Patta Tope.
Dengan prospek cerah yang ditawarkan oleh IMIP, kawasan ini tidak hanya menjadi pusat industri nikel terbesar di Asia tetapi juga motor penggerak ekonomi bagi Sulawesi Tengah dan Indonesia Timur secara keseluruhan.**