PALU, Kabar Selebes – Kepala OJK Provinsi Sulawesi Tengah, Bonny Hardi Putra, menyampaikan bahwa kondisi Industri Jasa Keuangan (IJK) di wilayah Sulawesi Tengah per 31 Oktober 2024 tetap terjaga stabil dengan kinerja yang positif. Likuiditas yang memadai dan profil risiko yang terkendali menjadi faktor utama stabilitas tersebut.
Menurut Bonny, perkembangan industri perbankan, industri keuangan non-bank, dan pasar modal di Sulawesi Tengah tumbuh seiring dengan intensifnya kegiatan edukasi, inklusi keuangan, serta perlindungan konsumen yang terus dilakukan secara berkelanjutan.
Hingga 31 Oktober 2024, sektor perbankan menunjukkan pertumbuhan positif secara tahunan (year-on-year/yoy):
• Total aset perbankanmencapai Rp75,63 triliun, meningkat 23,72% (yoy).
• Penyaluran kreditsebesar Rp57,86 triliun, tumbuh 23,03% (yoy).
• Dana Pihak Ketiga (DPK)yang dihimpun mencapai Rp36,85 triliun, meningkat 15,30% (yoy).
Kinerja intermediasi perbankan tetap kuat dengan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) mencapai 156,97%. Sementara itu, kualitas kredit tetap terjaga dengan tingkat kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) di angka 1,47%, jauh di bawah ambang batas 5%.
Bank umum masih mendominasi pangsa pasar perbankan di Sulawesi Tengah dengan kontribusi 99,37% dari total aset, sementara Bank Perkreditan Rakyat (BPR) menyumbang 0,63%.
Kinerja perbankan syariah juga menunjukkan tren positif, dengan:
• Aset syariahsebesar Rp3,43 triliun, tumbuh 17,87% (yoy).
• Pembiayaan syariahmencapai Rp3,03 triliun, meningkat 16,09% (yoy).
• DPK syariahtercatat sebesar Rp2,24 triliun, tumbuh signifikan 31,76% (yoy).
Perbankan di Sulawesi Tengah terus mendorong pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Pada akhir Oktober 2024, kredit untuk UMKM mencapai Rp17,76 triliun, tumbuh 15,03% (yoy). Kualitas kredit UMKM terjaga dengan NPL sebesar 2,61%, jauh di bawah ambang batas.
Dari total kredit UMKM, pembiayaan mikro menyumbang Rp9 triliun dengan NPL sebesar 1,75%, sedangkan kredit kecil mencapai Rp6,64 triliun dengan NPL 3,56%.
Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) di Sulawesi Tengah juga mencatat kinerja positif hingga Oktober 2024:
1. Perusahaan pembiayaanmencatatkan penyaluran sebesar Rp6,89 triliun, meningkat 15,10% (yoy) dengan NPF sebesar 1,85%.
2. Dana pensiunmencatat total aset Rp103,82 miliar (naik 7,85% yoy) dan investasi Rp102,16 miliar (tumbuh 9,67% yoy).
3. Fintech peer-to-peer lendingmenunjukkan pertumbuhan pesat dengan outstanding pinjaman Rp468,44 miliar, meningkat 65,19% (yoy). Jumlah penerima pinjaman aktif mencapai 147.159 rekening.
Dengan kinerja yang positif di berbagai sektor, OJK Sulawesi Tengah optimis industri jasa keuangan dapat terus menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi di wilayah ini. OJK juga berkomitmen untuk memperkuat edukasi keuangan, memperluas inklusi keuangan, serta menjaga kepercayaan masyarakat melalui perlindungan konsumen yang optimal.
“Sinergi antara pelaku industri jasa keuangan dan masyarakat sangat penting untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan di Sulawesi Tengah,” tutup Bonny Hardi Putra.***