PALU, Kabar Selebes – Forum Jurnalis Sulawesi Tengah mengadakan diskusi panel bertajuk “Strategi Mengatasi Pembenahan Tata Kelola Lingkungan, Krisis Iklim, Energi, dan Ruang Masyarakat Adat”, Selasa (19/11/20204). Diskusi ini bertujuan untuk menagih komitmen calon gubernur dan wakil gubernur Sulawesi Tengah terhadap perlindungan lingkungan dan masyarakat adat, di tengah masifnya industri ekstraktif di provinsi ini.
Kegiatan yang diinisiasi oleh AJI Palu, IJTI Sulteng, AMSI Sulteng, dan PFI Palu ini menghadirkan Kepala Stasiun Pemantau Atmosfer Global (SPAG) Lore Lindu Bariri, Asep Firman Ilahi, yang memaparkan tren kenaikan suhu di Sulawesi Tengah. “Kami mencatat tiga wilayah—Palu, Poso, dan Tolitoli—mengalami suhu signifikan di atas 39°C pada 2023. Ini jauh di atas rata-rata normal,” ungkap Asep. Ia menambahkan bahwa aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil dan pembabatan hutan, menjadi penyebab utama perubahan iklim di daerah ini.
Ketua Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Kamalisi, Demus Y Paridjono, menggarisbawahi bahwa perluasan tambang telah mempersempit ruang hidup masyarakat adat. Ia mencontohkan kasus di Salena, Kota Palu, dan Kalora, Kabupaten Sigi, di mana masyarakat adat menghadapi kriminalisasi dan kehilangan tanah mereka. “Kami memohon agar ada Perda Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Adat untuk melindungi hak-hak kami,” tegasnya.
Pegiat sosial Arianto Sangaji mengingatkan pentingnya transisi dari energi fosil ke energi bersih. “PLTU batu bara masih mendominasi industri nikel di Sulawesi Tengah, meski dampaknya sangat buruk bagi iklim dan kesehatan masyarakat,” katanya. Ia mendesak calon kepala daerah untuk memimpin transisi ini.
Ahmad Ali, satu-satunya calon gubernur yang hadir, menegaskan komitmennya terhadap perlindungan lingkungan, pengawasan tambang, dan pengakuan hak masyarakat adat. “Kewenangan pengawasan harus diserahkan ke pemerintah daerah. Penindakan berbasis lingkungan adalah kunci,” ujarnya. Ia juga berjanji mendorong penggunaan energi bersih dan menjaga kebebasan pers sebagai bagian dari transparansi pemerintahannya.
Acara ditutup dengan penyerahan bibit pohon eboni—endemik Sulawesi Tengah—sebagai simbol pelestarian lingkungan. Ahmad Ali juga menandatangani Pakta Integritas yang berisi komitmen melindungi lingkungan, mendukung penurunan emisi karbon, menjamin hak masyarakat adat, dan melindungi kebebasan pers.
Ketua AJI Palu, Agung Sumanjaya, menyatakan, “Kami berharap diskusi ini menguatkan isu lingkungan dalam Pilkada Sulteng 2024 dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya perlindungan lingkungan.”
Diskusi yang berlangsung selama dua jam ini didukung oleh Yayasan Cerah Indonesia, Kaoem Telapak, AMAN Sulteng, dan KOMIU. Sayangnya, dari tiga kandidat gubernur, hanya Ahmad Ali yang hadir, menunjukkan tantangan dalam mendorong seluruh calon untuk terbuka terhadap isu lingkungan.***