PALU, Kabar Selebes – Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Nasdem Ahmad M. Ali yang juga bakal calon Gubernur Sulteng 2024, terus melakukan safari politiknya.
Ahmad Ali menunjukkan kelasnya sebagai politisi nasional dengan terus membangun komunikasi dengan partai politik lain sebelum bertarung di Pilkada Sulteng 2024.
Setelah mendaftar di PKB Sulteng, bertemu petinggi Partai Amanat Nasional (PAN) Sulteng serta ketua PDI Perjuangan Sulteng, Ahmad Ali kembali melakukan manufer dengan melakukan pertemuan dengan Ketua DPD Partai Golkar Arus Abdul Karim dan Ketua DPD Partai Gerindra Sulteng, Longki Djanggola, Rabu (10/4/2024).
Dalam postingan di akun facebook pribadinya, Ahmad Ali memposting foto sedang bersalaman dengan Arus Abdul Karim dan Longki Djanggola.
“Alhamndulilah bersilaturahmi dgn senior n guru politik… siap menerimah arahan,” tulis Ahmad Ali dalam caption fotonya.
Postingan ini memang terlihat seperti momentum silaturahmi lebaran Idul Fitri, namun melihat keinginan Ahmad Ali untuk bertarung memperebutkan kursi 01 Sulteng, maka pertemuan ini sangat kental bau lobi politik.
Ketua DPD Partai Gerindra Sulteng Longki Djanggola sendiri belum membalas konfirmasi perihal pertemuannya dengan Arus Abdul Karim dan Ahmad Ali ini. Demikian pula dengan Ahmad Ali.
Namun, pada sebuah kesempatan ketika berbuka puasa Bersama Ikatan Alumni Universitas Tadulako (IKA Untad), Ahmad Ali pernah menyebut
bahwa Partai Nasdem telah melakukan pembicaraan dengan petinggi Partai Gerindra terkait kemungkinan berkoalisi dalam Pilkada Sulteng 2024. Menurutnya, Gerindra merupakan salah satu dari beberapa partai yang menjadi target kerja sama.
“Sangat mungkin. Saya sudah berbicara dengan salah satu anggota Gerindra di pusat. Dia mengatakan dengan tegas bahwa Gerindra ingin meminta wakil,” ujar Ahmad Ali, Sabtu (23/3/2024).
Tidak hanya Gerindra, Partai Golkar juga menjadi salah satu opsi untuk berkoalisi, menurut pernyataan Ahmad Ali. Saat ini, beberapa partai telah menjalin hubungan untuk berkoalisi dalam membangun daerah, dengan menghindari polarisasi antara partai koalisi nasional dan non-koalisi.
Ahmad Ali juga menyoroti pentingnya menghilangkan polarisasi antara putra daerah dan bukan putra daerah dalam kontestasi politik di Sulawesi Tengah. Menurutnya, para tokoh politik seharusnya lebih banyak memberikan gagasan dan solusi untuk membangun daerah, daripada terjebak dalam retorika yang memecah belah.
Manufer Ahmad Ali ini membuat spekulasi bahwa dia akan maju menjadi bakal calon Gubernur Sulteng 2024 dengan gerbong koalisi parpol yang besar.
Bukan hanya itu, gerakan tanpa bola Ketua DMI Sulteng ini akan mengancam pesaingnya sesama anak Desa Wosu, Morowali yakni Anwar Hafid.
Jika partai-partai pemilik kursi di DPRD Sulteng itu akhirnya berada di genggaman Ahmad Ali, maka Anwar Hafid yang hanya mengandalkan 8 kursi di DPRD akan kembali menjadi penonton di Pilkada Sulteng.
Namun, gebrakan Ahmad Ali ini juga berbahaya bagi dirinya, karena dia akan menghambat calon-calon potensial lainnya seperti petahana Rusdy Mastura yang sedari awal sudah digadang-gadang akan bertarung melalalui Gerindra Sulteng.
“Gerindra Sulteng itu sudah punya calon yaitu Pak Rusdy Mastura yang saat ini masih menjadi Gubernur dan kader Gerindra,” kata Longki Djanggola beberapa pekan yang lalu.
Begitu pula Arus Abdul Karim yang pekan lalu mendapat tugas dari DPP Partai Golkar untuk maju menjadi calon Gubernur Sulteng Bersama nama lain yaitu Mohammad Irwan.
Namun yang perlu dimaklumi dari pertemuan itu adalah, ketiganya adalah kader Pemuda Pancasila yang memiliki kedekatan emosial yang sama sehingga bisa jadi pertemuan ketiganya hanya silaturahmi sesama kader Pemuda Pancasila saja.
Lantas, apa arah politik Ahmad Ali kali ini? Apakah strategi lamanya di tahun 2020 akan kembali dilakukan untuk menghambat Anwar Hafid dan membuat kandidat yang bertarung hanya dua pasangan saja?
Hanya Ahmad Ali yang Tau!
(abd)