PARIGI MOUTONG, Kabar Selebes – Kepala SMA Negeri 1 Sausu, Kabupaten Parigi Moutong, I Nyoman Puasa, membantah adanya pengakuan salah satu siswa tidak mampu yang terus ditagi iuran sekolah.
“Kami sudah memanggil siswa yang bersangkutan untuk menjelaskan bahwa iuran sekolahnya gratis,” kata I Nyoman Puasa.
Terkait pengakuan I Made Darma, bahwa pihak sekolah sering menagih tunggakan iuran sekolahnya baik lewat grup WA siswa atau di papan pengumuman kelas, pihaknya mengaku ada kesalahpahaman.
Ia menjelaskan, pihak sekolah memang mengumumkan soal tunggakan iuran di papan pengumuman sekolah tapi itu untuk para siswa yang memang diwajibkan untuk membayar iuran.
“Dia kelas 1, baru enam bulan sekolah. Jadi ada kesalahpahaman. Setelah kita jelaskan dia sudah paham,” ujarnya.
Ia mengatakan, dari 407 siswa di SMA Negeri Sausu, ada 30 siswa kategori tidak mampu mendapatkan keringanan pembayaran iuran sekolah.
“Kondisi siswa disini kan tidak bisa disamakan. Jadi khusus kepada siswa yang betul-betul tidak mampu kita tidak paksakan untuk membayar iuran sekolah, salah satunya I Made Darma kami gratiskan 100 persen,” kata I nyoman Puasa.
Pembebasan iuran sekolah bagi siswa miskin tertuang dalam Surat Keputusan Kepala SMA Negeri 1 Sausu dengan No : 421.4/01/KEPSEK Tentang pemberian pembebasan (FEE WAIVE) dan (Diskon Fee) Untuk Siswa Tahun 2023/2024 tertanggal 30 Juli 2023.
Dalam lampira SK tersebut tercatat sebanyak 30 siswa yang diberikan keringan pembayaran iuran sekolah.
Dari 30 siswa tersebut ada 11 siswa yang digratiskan 100 persen dan sisahnya diberi keringan membayar 50 persen dari iuran. Untuk iuran sekolah sebesar Rp70.000 per bulannya.
Sebelumnya diberitakan, Satu keluarga di Kecamatan Sausu, Kabupaten Parigi Moutong, tinggal di rumah tidak layak huni, nyaris roboh dan sangat kumuh
Pemilik rumah tersebut adalah Ni Nyoman Sukarniasih, seorang janda lansia yang memiliki keterbelakangan mental.
Bersama tiga anaknya dan satu cucu laki-laki, Nyoman Sukarniasih terpaksa harus melewati kehidupannya dengan berdiam di sebuah rumah tak layak huni yang terletak di dusun 7 Desa Sausu Trans yang merupakan Ibu Kota Kecamatan Sausu.
Pantauan Kabar Selebes, kondisi rumah yang dihuni Ni Nyoman dan keluarganya sangat tidak layak. Dengan luas panjang 2,5 meter dan lebar sekitar 4 meter tanpa dapur, di huni 5 orang.
Dinding papan lapuk dipaku seadanya yang hampir seluruhnya bolong, sehingga membuat dinginnya malam dipastikan langsung masuk saat beristirahat di malam hari.
Ironisnya lagi, atapnya sudah lapuk dan bocor. Jika turun hujan, seisi rumah basah. Selain itu, tidak memilik pintu, sehingga untuk menutupi pandangan dari luar hanya menggunakan kain seadanya dan tidak memiliki toilet.
Pemandangan dlingkungan itu cukup kontras. Dimana rumah Ni Nyoman Sukarniasih berada diantara rumah-rumah besar dinding beton ukiran indah dengan halamanan yang asri.
“Rumahnya rusak,” tutur Ni Nyoman Sukarniasih.
Lebih memprihatikan lagi, ketiga anaknya juga memiliki keterbelangan mental sehingga kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.
Dua anak laki-lakinya hanya mampu bekerja sebagai buruh tani lepas dan serabutan. Sementara satu anak perempuannya sama skali tidak bisa bekerja karena kesulitan berinteraksi dengan orang lain.
Pendapatan kedua anaknya hanya sebagai buruh tani dan serabutan membuatnya hanya bisa pasrah dan tidak mampu memperbaiki rumahnya yang sudah puluhan tahun.
Harapannya hanya cucu laki-lakinya bernama I Made Darma yang secara fisik dan mental sangat baik dan sehat. I Made Darma sekolah di SMA Negeri 1 Sausu, Kelas 1.
Namun, cobaan hidup lagi dan lagi menghimpitnya. Karena cucu satu-satunya yang menjadi tumpuan harapannya terancam putus sekolah karena tidak mampu lagi membayar iuran sekolah.
“Sudah 6 bulan tidak bayar uang sekolah, ” ucap I Made Darma.
Menurut I Made Darma, pihak sekolah sering menagih tunggakan iuran sekolahnya baik lewat grup WA siswa atau di papan pengumuman kelas. Tunggakan iuran sekolah yang harus dibayar sebesar RP. 1,860 juta
“Iuran sekolah ditagih, biasanya di foto terus dikirim di grup, kalau tidak ditempel di kelas,” ungkapnya.
Meski demikian, Made Darma tidak putus asa untuk terus melanjut pendidikannya walau harus menunggak iuran sekolah dan kondisi tempat tinggalnya membuatnya kesulitan untuk belajar.
“Yah begitu kadang susah belajar tapi tetap diusahakan bisa belajar,” ucapnya.
Kondisi rumah Ni Nyoman Sukarniasih dan keluarganya sudah puluhan tahun tidak tersentuh oleh pemerintah.
Padahal rumah mereka terletak di dusun 7 Desa Sausu Trans yang merupakan Ibu Kota Kecamatan Sausu, Kabupaten Parigi Moutong.
Ni Nyoman Sukarniasih dan keluarganya merupakan transmigran dari Bali. Mereka tinggal di Sausu sejak tahun 1990. (nur)