PALU, Kabar Selebes – Profesor Sagaf S Pettalongi, guru besar dan rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu, mengajak umat beragama di Sulawesi Tengah untuk bersatu dalam memerangi penyebaran hoaks.
Tujuannya adalah untuk memastikan pemilu berlangsung secara aman, damai, dan tentram.
Dalam pernyataannya, Profesor Sagaf S Pettalongi menyatakan bahwa tokoh-tokoh agama memiliki peran strategis dalam membina masyarakat dan umat beragama.
“Mereka diharapkan untuk tidak menyebarkan informasi yang tidak jelas sumbernya dan informasi yang berpotensi memicu konflik berbasis agama, suku, ras, dan antar golongan (SARA),” kata Profesor Sagaf, Senin (16/10/2023).
Pernyataan Profesor Sagaf ini muncul seiring dengan peningkatan jumlah konten dan informasi hoaks yang berkaitan dengan pemilu.
Kementerian Kominfo mencatat bahwa pada pemilu 2019, lebih dari 928 isu hoaks beredar.
Hingga September 2023, telah terdeteksi 152 isu hoaks, meningkat dari 51 isu hoaks pada tahun 2022.
Sehingga, total isu hoaks yang beredar sejak 2018 hingga 19 September 2023 mencapai 1.471 isu hoaks.
Profesor Sagaf menekankan pentingnya partisipasi yang sehat dan bermoral dalam proses demokrasi.
Ia juga menyerukan untuk menciptakan ruang digital yang sehat agar pemilu 2024 bisa menjadi pesta rakyat yang membanggakan.
Selain itu, Profesor Sagaf meminta masyarakat untuk tidak menyebarkan kebencian, baik kepada individu maupun kelompok tertentu, melalui media sosial.
“Media sosial, harus digunakan untuk hal-hal positif seperti meningkatkan kapasitas intelektual, memperluas jejaring sosial, mendukung usaha, dan mempromosikan kegiatan positif,” lanjutnya.
Ia menyadari bahwa penyebaran informasi hoaks, ujaran kebencian, dan provokasi hanya akan menciptakan ketidakstabilan dan memecah belah persatuan yang telah terjalin di masyarakat.
“Terutama menjelang pemilu, hal ini harus diwaspadai bersama, dan seluruh pihak diharapkan turut serta dalam upaya menangkal hoaks, ujaran kebencian, dan provokasi,” jelas Sagaf yang juga Tokoh Islam Moderat Sulteng ini.
Profesor Sagaf juga menekankan bahwa informasi hoaks dan ujaran kebencian dapat mengganggu jalannya tahapan pemilu.
Oleh karena itu, partisipasi masyarakat dan tokoh agama sangat diperlukan dalam melawan hoaks dan ujaran kebencian.
Ia menegaskan bahwa pemilu adalah sarana ekspresi kedaulatan rakyat dalam memilih wakil rakyat dan pemimpin secara demokratis, sehingga perlu dilaksanakan dengan damai dan penuh martabat. ***