Una Una, Kabar Selebes – Keindahan bawah laut kepulauan Togean memang tak pernah gagal untuk memukau hati para wisatawan mancanegara yang berdatangan.
Aktivitas menyelam, snorkeling, atau bahkan sekadar bersantai di pantai atau bungalow sambil membaca buku, semuanya menjadi daya tarik utama pulau ini.
Namun, ada satu keindahan alam lain yang sering terabaikan oleh para pengunjung karena akses yang sulit, yaitu Gunung Colo Una Una.
Gunung Colo Una Una adalah gunung berapi aktif yang terletak di pulau ini, dan bagi sebagian besar wisatawan, mendaki gunung tersebut bukanlah hal yang mudah.
Namun, Miss Nikki, seorang turis asal Belanda, baru-baru ini berbagi pengalaman luar biasanya saat dia berhasil menaklukkan gunung ini.
Nikki, yang berasal dari negara Belanda yang tidak memiliki gunung berapi, sangat terkesan dengan Gunung Colo Una Una.
“Ini sungguh mengesankan karena di negara saya, Belanda, kami tidak memiliki gunung berapi atau pulau seperti ini,” katanya sambil tersenyum.
Dalam perjalanan yang penuh petualangan, Nikki dan lima tamu lainnya dari Sanctum Eco Dive Resort menggunakan speedboat selama 25 menit, diikuti dengan perjalanan berjalan kaki selama 2 jam 30 menit untuk mencapai puncak gunung tersebut.
Namun, segala rasa lelah terbayar lunas ketika mereka tiba di puncak dan disuguhi pemandangan lava yang sangat indah.
“Kami duduk sambil menikmati secangkir kopi lokal di kedai Tanambi di Jalan Tanjung Kramat sebelum meninggalkan Ampana menuju Luwuk untuk mengejar penerbangan pagi ke Manado,” ungkap Nikki, yang juga berencana untuk menjumpai orang tuanya di Manado dan menjelajahi hutan Tangkoko untuk melihat burung tarsius sebelum pulang ke Belanda.
Cerita petualangan Nikki di Gunung Colo Una Una memberikan pandangan baru tentang keajaiban alam yang tersembunyi di Indonesia.
Bagi para petualang yang ingin melihat lebih banyak lagi dari keindahan alam Indonesia, gunung berapi ini adalah destinasi yang tidak boleh dilewatkan.
Gunung Colo Una Una mungkin sulit dijangkau, tetapi pesonanya yang mengagumkan benar-benar layak untuk dijelajahi.
Gunung Colo terakhir mengalami erupsi besar pada tahun 1983.
Peristiwa ini dianggap sangat signifikan dalam sejarah vulkanologi Indonesia.
Erupsi ini menghasilkan letusan yang dahsyat dan mempengaruhi tidak hanya pulau itu sendiri, tetapi juga lingkungan sekitarnya.
Berikut adalah beberapa informasi tentang Erupsi Besar 1983 di Gunung Colo:
Erupsi Gunung Colo terjadi pada tanggal 3 September 1983. Erupsi ini diklasifikasikan sebagai letusan eksplosif VEI (Volcanic Explosivity Index) 6, yang merupakan skala tertinggi pada indeks tersebut.
Skala VEI digunakan untuk mengukur seberapa besar erupsi vulkanik berdasarkan volume material piroklastik yang dilepaskan dan tingkat elevasi letusan.
Erupsi tersebut mengakibatkan sejumlah dampak yang meliputi:
Letusan melepaskan aliran piroklastik yang panas dan berbahaya, menghancurkan banyak vegetasi, rumah, dan lahan pertanian di sekitar gunung.
Erupsi ini meninggalkan bekas luka yang cukup besar di pulau tersebut.
Erupsi ini mengakibatkan beberapa korban jiwa dan menyebabkan penduduk setempat harus mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Banyak penduduk kehilangan tempat tinggal dan mata pencaharian mereka.
Asap dan partikel vulkanik yang dilepaskan selama erupsi dapat memiliki dampak global.
Partikel-partikel tersebut dapat mencapai lapisan atmosfer atas dan menyebar, mempengaruhi iklim global dan suhu di seluruh dunia.**