TOMINI, Kabar Selebes – Perhelatan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) ke- XVII tingkat Kabupaten Parigi Moutong tahun 2023 di Kecamatan Tomini, memasuki hari kedua.
Ada yang istimewa dari perlombaan cabang kaligrafi bidang mushaf yang diselenggarakan di gedung Madrasah Aliyah Alkhairaat Tomini, Senin 21 Agustus 2023.
Tampak ibu dan anak bertarung bersama peserta dari 23 kecamatan lainnya yang ada di Kabupaten Parigi Moutong tersebut. Ia bernama Muhammad Hafidz Khattanil Islam.
Tak mau kalah dengan sang mama, Hafidz —sapaan akrabnya—memperlihatkan kelihaiannya menggores cet di media karton. “Saya cuma cari pengalaman. Dari lomba ini saya bisa mengetahui kelemahan dan kekurangan saya,” ucap Hafidz tanpa menoleh
Saat di sapa awak media Kabarselebes.id di sela-sela menyelesaikan karyanya, Senin sore sekitaran pukul 15:10 Wita, remaja berusia 12 tahun itu bercerita, jika MTQ tahun ini merupakan MTQ kedua yang pernah dia ikuti.
” Waktu MTQ Kabupaten Parigi Moutong tahun 2019, saya ikut cabang kontemforer. Dan Alhamdulillah berhasil juara,” kisahnya sambil tersipu malu.
Sebelum “bertarung” di golongan paling bergengsi di cabang Kaligraf ini, ia belajar sama mentornya yang tak lain adalah sang ibu. “Mama yang selalu ajarin saya sebelum lomba ini,” ujar pelajar kelas 8 MTs Alkhairaat Palapi Kecamatan Taopa itu
Hanya saja, Hafidz tergabung dalam kafilah Kecamatan Taopa. Sedangkan Nining “membela” kafilah petahana, Kecamatan Tinombo.
Pantauan media ini, rupanya sang ibu bukan peserta kaeng-kaleng. Ia dua kali menjadi peserta nasional di MTQ tingkat Nasional 2018 dan 2020.
” Waktu tahun itu MTQ Nasionalnya di Medan (Sumatera Utara, red) dan di Padang, saya ikut cabang dekorasi putri,” timpal Nining.
Tak heran, Hafidz yang duduk di kursi lomba tepat di depan Nining, kadang berbalik ke arah wanita yang pernah ikut ajang MTQ yang sama di Provinsi Kalimantan Utara beberapa periode lalu.
“Bunda, warnaku sudah bagus kah? Tulisanku ada yang ketinggalan barisnya?,” tanyanya sambil sesekali menoleh ke arah ibunya.
Sementara itu, Ketua Majelis Dewan Hakim MKQ ustadz Muh Arif menyatakan, jika pemandangan ini merupakan motivasi tersendiri untuk melahirkan para kaligrafer di kalangan keluarga.
“Ini yang harus di pertahankan dan tahun-tahun berikutnya kian marak keluarga kaligrafer,” terang Arif.
Pimpinan Pesantren Kaligrafi Alhasyimi Sulteng itu juga menekankan jika ingin melahirkan peserta harus jauh-jauh hari sebelum adanya perhelatan MTQ.
“Jadi jangan hanya kuantitas yang diutamakan, melainkan kualitasnya juga. Sehingga bisa bersaing di MTQ tingkat tinggi lagi,” tekannya.
Terlebih lagi sambungnya, masalah kaidah khottiyah atau kaodah huruf yang paling utama di pelajari dan memakan waktu yang lama. “Kalo belajar desaign dan warna itu bisa satu bulan. Tapi kaidah huruf itu yang lama. Karena butuh ketelitian. Intinya belajar… dan belajar,” pesannya. (hcb)