Tutup
Kolom Anda

Kolom Anda : Seribu Megalit dan Kota Yang Hilang

1345
×

Kolom Anda : Seribu Megalit dan Kota Yang Hilang

Sebarkan artikel ini
Muharram Nurdin

MOMENTUM pencanangan Sulteng sebagai negeri seribu megalit harus dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk branding Sulawesi Tengah di dunia internasional. Saya berharap pencanangan Sulteng sebagai negeri seribu megalit akan memantik perhatian dunia bahwa ternyata di Sulteng terdapat jejak peradaban yang diperkirakan lahir 3000 tahun sebelum Masehi.

Itu artinya jejak budaya Sulawesi Tengah sudah ada sejak jaman Nabi Nuh. Menurut saya kerangka pikir ini yang perlu dinarasikan dengan argumentasi teoretik berdasarkan data dan fakta. Oleh karena itu panitia pencanangan Sulteng sebagai negeri seribu megalit sudah harus menyiapkan buku panduan kegiatan apa saja yang akan dilakukan untuk mendukung gagasan cerdas Rusdi Mastura tersebut.

Tentu saja kita berharap nantinya UNESCO akan mengakui bahwa situs purbakala yang ada di Bada dan Napu tersebut menjadi situs warisan dunia dan mencatat Sulteng sebagai salah satu pusat peradaban tertua di dunia.

Sampai pada tahapan itu maka saya sangat mengapresiasi lontaran pemikiran Rusdi Mastura yang menyebutkan bahwa sebenarnya teori Darwin tentang evolusi sesungguhnya terinspirasi dari kehidupan habitat di Walea Kepulauan yang kemudian orang lebih mengenal dengan Wallacea.

Bahkan menurut saya kalau kita mau bersusah payah mendokumentasikan seluruh penuturan masyarakat terdahulu tentang enam kota yang hilang dan belum ditemukan sampai sekarang, meskipun sejumlah ekspedisi pencarian sudah dilakukan tetapi belum berhasil menemukan kota tersebut bisa jadi salah satunya di negeri Uwentira yang kata orang mirip-mirip sejarah kota Atlantis.

Benarkah ? Tentu saja kita masih harus mengeksplorasi lebih cermat disertai pembuktian akademik. Karena itu diskusi warung kopi tentang ekspedisi penemuan kota yang hilang perlu terus dikumandangkan agar kelak dapat menjadi kenyataan.

Penulis :

Muharram Nurdin
Wakil Ketua DPRD Sulteng

*Isi artikel di luar tanggung jawab redaks

Silakan komentar Anda Disini….
Kolom Anda

Suatu hari saya diundang sarapan pagi oleh seorang produser film tanah air. Ia mengatakanfilmnya berhenti di tengah jalan gara-gara pemeran utamanya meninggal. Dia meminta bantuansaya, dengan artificial intelligence (AI) tentunya, bisa membuat wajah dan suaranya dihidupkankembali. Saya mengatakan secara teknis bisa, karena AI sudah bisa masuk mengganti perandengan face swapper dan suara melalui sintesa suara yang sudah 90 persen mirip. Cerita di atas hendak menjelaskan bahwa industri konten, film dan televisi hari ini paling terdisrupsi oleh…