MORUT, Kabar Selebes – Komunitas Generasi Wita Mori disingkat KGWM mempertemukan lintas etnis dan lintas profesi serta latar belakang di Morowali Utara untuk mengembalikan martabat Morowali Utara, Sabtu 5/8, di Kolonidale.
“Ini contoh paling sederhana saja, coba hitung berapa perusahaan tambang di tempat kita, tapi mana yang direkturnya orang kita. Padahal itu ada aturannya, kalau dianggap putra daerah belum memenuhi syarat untuk jabatan itu perushaan wajib mendidik apakah itu lewat menyekolahkan atau melalui cara pendidikan lainnya selama 6 bulan atau setahun agar bisa memenuhi persyaratan sebagai seorang direktur,” kata Fudin Madjid.
Senada dengan itu, beberapa peserta pertemuan lainnya melontarkan keprihatinan akan keberadaan dua lembaga adat saat ini yang walaupun sudah sempat dimediasi namun dua kepengurusan ini tetap bersikukuh sebagai yang paling berhak.
“Padahal kalau mau dilihat pengurus intinya ini orang-orang tua yang mestinya memberi contoh buat generasi muda. Tapi susah juga karena pengamatan kita lembaga adat ini justru dipakai sebagai alat politik dan kepentingan orang perorang. Harkat lembaga adat akhirnya menjado tidak ada. Berbeda sekali dengan lembaga adat di kabupaten tetangga yang sangat di hormati masyarakat karena tidak masuk ranah politik.”
Bukan itu saja, salah satu peserta diskusi menceritakan pengalamannya waktu diminta membawa bendera kerajaan dari daerah asal saat upacara 17 Agustus di Istana Negara. Bendera Kerajaan Mori dicari kemana-mana tidak didapatkan. Akhirnya hanya bendera Kerajaan Bungku yang dibaea. Padahal salah satu peserta lainnya menegaskan jika hanya Raja Mori di Sulawrsi Tengah yang dibunuh dengan tangan Belanda sendiri.
Karena itu komunitas ini hadir menjawab kegelisahan kegelisahan tersebut. “Makanya kita yang kumpul hari ini kan dari macam macam latar belakang dan partai politik. Karena komunitas ini hadir bukan karena kepentingan politik. Biarlah diluar ini kalau mau berpolitik. Wita Mori juga bukan karena secara biologis dilahirkan sebagai orang Mori, tapi secara sosiologis semua yang sudah berusaha, mencari rejeki disini bahkan beranak pinak disini adalah juga orang Mori seperti pak Piter Bandaso dan kawan kawan lain yang selama ini kita kenal aktif di kepengurusan organisasi kekerabatan di Morut,” jelas Iksan Tengko dan Dodi Adisatya.
Pertemuan ketiga KGWM yang berlangsung sejak sore hingga malam , menyepakati perbaikan susunan kepengurusan dan sejumlah bidang menyikapi hasil diskusi.
“Pertemuan berikutnya susunan kepengurusan kita berharap sudah lengkap, termasuk membicarakan waktu untuk pelantikan. Beberapa kawan yang seharusnya ikut diskusi hari ini berhalangan hadir karena ada yang kecapean baru datang dari kuar Morut dan ada juga yang tengah dirawat karena sakit. Mereka cuma menitipkan salam melalui WA,” ujar Buyung Tempali.(Fir)