AMPANA, Kabar Selebes – PT Pertamina Patra Niaga mengatakan daerah kepulauan di Provinsi Sulawesi Tengah sebagai daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T) menjadi prioritas pembangunan SPBU kompak dalam program BBM satu harga.
“BBM satu harga merupakan salah satu program prioritas pemerintah guna memenuhi kebutuhan pasokan energi kepada masyarakat di daerah 3T,” kata Communication & Relations, Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi M Iqbal Hidayatulloh saat meninjau program BBM satu harga di wilayah kepulauan Kecamatan Batu Daka, Kabupaten Tojo Una-una, Selasa.
Ia menjelaskan, program BBM satu harga di Pulau Sulawesi sudah berlangsung sejak tahun 2017 hingga 2022, yang mana jumlah SPBU kompak di Sulawesi telah terbangun dan telah dimanfaatkan di 43 titik di Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Gorontalo dan Sulawesi Utara.
Dari program ini di Region Sulawesi ,Sulteng menjadi daerah terbanyak pembangunan SPBU kompak di empat kabupaten yang memiliki daerah 3T yakni Kabupaten Banggai Laut, Banggai Kepulauan, Tojo Una-una, dan Kabupaten Sigi.
“Tahun ini Sulteng ketambahan delapan SPBU kompak BBM satu harga, empat titik baru di wilayah kepulauan Kabupaten Tojo Una-una dan tiga titik di Banggai Laut. Total keseluruhan SPBU BBM satu harga di provinsi ini 21 unit,” papar Iqbal.
Ia memaparkan, langkah ini dilakukan sebagai upaya pemerintah mewujudkan keadilan energi hingga ke pelosok negeri, supaya masyarakat mudah mengakses BBM dengan harga yang sama seperti di perkotaan.
Pada program ini, Pertamina menyediakan dua jenis BBM yakni Pertalite segara Rp10 ribu per liter dan Bio Solar seharga Rp6.800 per liter.
“Penyaluran BBM ke SPBU kompak di kepulauan Tojo Una-una disuplai dari Terminal BBM (TBBM) Kabupaten Poso, kemudian wilayah Banggai laut di suplai dari TBBM Kabupaten Banggai menggunakan kapal khusus, dan suplai ke Sigi menggunakan mobil Tanki dari TBBM Donggala,” tutur Iqbal.
Menurut penuturan masyarakat di daerah 3T, katanya, kehadiran program ini sangat membantu, utamanya dalam mendukung aktivitas nelayan dan petani sebagai mata pencaharian tetap masyarakat setempat.
“Sebelum ada program ini, harga BBM di pulau mencapai Rp12 ribu per liter, tidak ada jalan lain selain membeli di kota menggunakan kapal motor dengan jarak tempuh cukup jauh. Kami berharap melalui program pemerintah, masyarakat di 3T bisa hidup lebih sejahtera, karena BBM menjadi bagian kebutuhan sehari-hari, selain pangan,” demikian Iqbal.