Tutup
Sulawesi Tengah

Karang Taruna Mateantina Bentangkan Merah Putih Sepanjang 77 Meter, Diikuti 300 Pendaki di Gunung Mateantina

525
×

Karang Taruna Mateantina Bentangkan Merah Putih Sepanjang 77 Meter, Diikuti 300 Pendaki di Gunung Mateantina

Sebarkan artikel ini
Sekitar 300 orang pendaki di gunung Mateantina membentangkan bendera merah putih sepanjang 77 meter yang digagas Karang Taruna Mateantina pada 16-17 Agustus 2022. (Foto: Karang Taruna Mateantina)

MOROWALI, Kabar Selebes – Pada momentum Dirgahayu Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) ke-77, Karang Taruna Mateantina melakukan pembentangan bendera merah putih sepanjang 77 meter.

Pembentengan bendera merah putih itu dilakukan di gunung Mateantina, Desa Kolono, Bungku Timur, Morowali, Sulawesi Tengah (Sulteng), pada 16-17 Agustus 2022.

Ketua Karang Taruna Mateantina, Moh Khalil menuturkan, bahwa terealisasinya kegiatan pembentangan bendera merah putih sepanjang 77 meter, berkat kerjasama panitia pelaksana pembentangan yang digagas oleh Karang Taruna Mateantina.

“Kegiatan ini di support langsung oleh PT Vale Indonesia Tbk dalam memeriahkan HUT RI ke-77,” ujar Moh Khalil bersama rekannya Amrin Butudoka kepada KabarSelebes.id pada Kamis (18/08/2022) petang.

Ia menambahkan, bahwa kegiatan pembentangan bendera merah putih sepanjang 77 meter, diikuti kurang lebih 300 orang pendaki di gunung Mateantina.

Sekitar 300 orang pendaki di gunung Mateantina membentangkan bendera merah putih sepanjang 77 meter yang digagas Karang Taruna Mateantina pada 16-17 Agustus 2022. (Foto: Karang Taruna Mateantina)

“Kami melakukannya sejak dibuka tanggal 16-17 Agustus, sekitar 300 orang yang ikut,” kata Moh Khalil.

“Kami sangat berterima kasih atas supportnya, apalagi ini momentum kemerdekaan kita sebagai rakyat Indonesia yang merdeka,” tambah Amrin Butudoka.

Gunung Mateantina di Desa Kolono memiliki historis atau nilai sejarah yang sangat sakral. Tak terlepas dari sejarah kerajaan Bungku di masa lampau.

Mateantina adalah bahasa adat To Bungku yang artinya meninggal atau mati karena wanita atau perempuan. Cerita sejarahnya ada dalam buku sejarah kerajaan Bungku.

“Dirgahayu Republik Indonesia, pulih lebih cepat bangkit lebih kuat,” pungkas Moh Khalil. (ahl)

Laporan: Ahyar Lani

Silakan komentar Anda Disini….