Naas baginya, ketika sudah menunggu beberapa menit. Pencinta motor klasik RX King itu di panggil oleh petugas. Olehnya disampaikan bahwa ambulance yang biasa membawa pasien ke Parigi sedang dari Parigi.
“Cuma anehnya, kami saksikan ada oto ambulance parkir di garasi rumah sakit. Jangan-jangan itu Cuma oto pajangan saja,” ucapnya emosi.
Tiga jam dalam masa kekhawatiran, kembali ia di panggil oleh petugas untuk membicarakan mengenai transportasi darat membawa pasien ke rumah sakit terbesar di Parigi yang jaraknya kurang lebih 320 kilometer itu.
“Petugas ini menyampaikan bahwa ada mobil ambulance yang siap berangkat. Tapi harus menambah biaya dari 450 ribu nik jadi 650ribu pak. Setelah kami rundingkan, kami sampaikan itu tidak masalah. Terpenting bisa langsung di rujuk,” ceritanya.
Ternyata perlakuan petugas kepada pasien belum usai. Mereka harus menunggu hingga jam dua belas malam, namun belum ada kabar pemberangkatan. Tak urung lagi, pikiran Hari bersama keluarga lainnya pun kalang kabut. “Tunggu sebentar pak, kami masih mencari sopir,” lagi-lagi petugas tadi beralasan tak rasional.
Malahan aku Hafidz Qur’an itu, keluarganya berinisiatif langsung mendatangi Fajrin Deu selaku penanggung jawab ambulance. “Kami beberapa kali menelepon tapi tidak ada jawaban, makanya kami datangi, sama rumahnya di Desa Palapi, kami ketuk-ketuk tapi tidak ada jawaban dari dalam. Ini ujian kesabaran atau ujian naik pitam,” kata Haris dalam tulisan facebooknya.