Lantas apa jawaban dari Matlun sang kepala Desa Pande? Lagi-lagi orang nomor satu di Desa Pande itu menampik tuduhan Hermin bila dirinya melakukan penganiayaan. “Bohong pak, apa yang dibilang isteri saya itu pak, tidak ada yang benar. Sekali lagi, bohong….!!!,” jawab Matlun kepada media ini via WhatsApp, Jumat 27 Mei 2022 pukul 07:46 Wita
Oknum kepala desa yang baru dilantik pada April 2021 itu mengisahkan kejadian versi dirinya. “Ibu kades datang mengamuk di rumah yang saya tinggalkan. Terus saya mengingatkan dia kalo saya tinggal di rumahnya orang saya sekarang ini. Tetapi beliau mau mengobrak-abrik isi rumah yang saya tempati ini pak. Dia terus mengamuk, saya pele (lindungi, red) supaya tidak merusak. Terus tanpa sengaja baju yang beliau pake sempat saya tarik kemudian robek. Itu lagi yang sudah dijadikan dasar untuk KDRT,” tampiknya.
Matlun juga, secara mengingat-ingat, bahwa secara sadar dirinya tidak pernah melakukan kekerasan fisik pada diri Hermin. “Saya sadar pak, saya tidak pernah pukul dia. Apalagi saya pernah menandatangani surat pernyataan untuk tidak melakukan hal-hal itu,” ingat Matlun.
Bahkan sambungnya, meski dirinya tak pernah sekolah hukum. Namun Matlun mengerti jika melanggar kesepakatan yang pernah dirinya buat, sama saja melanggar hukum. “Saya ini bodoh di hukum pak, tapi saya masih mengerti jika berbuat ulah seperti yang saya pernah buat di kesepakatan itu. Sama saya saya cari mati pak. Jadi tidak mungkin saya bikin seperti yang isteri saya tuduhkan kepada saya itu pak,” sambungnya.
Alih-alih kejadian ini terselesaikan hanya dalam lingkaran kedua belah pihak. Toh nyatanya, dugaan KDRT keduanya sudah telanjur sampai di telinga Pusat Perlindungan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A).
Sekretaris P2TP2A Kabupaten Parigi Moutong Kartikowati, SKM,.MM mengemukakan bila P2TP2A akan terus melakukan pendampingan korban dalam hal ini Hermin, isteri sang oknum kades.