MOUTONG, Kabar Selebes – Badan Perwakilan Desa (BPD) Pande bergerak cepat menyelesaikan polemik yang terjadi di Desa Pande dalam acara Musyawarah Umum yang dilaksanakan di lapangan sepak bola Pande, Selasa 10 Mei 2022 sejak pukul 09:00 Wita.
Ketua BPD Pande Moh Rifai, SE dalam paparannya mengatakan bahwa badan perwakilan yang dikepalainya berusaha mencari solusi mengenai terjadinya ketidakharmonisan di tengah-tengah masyarakat Desa Pande.
“Kami sebagai perwakilan dan perpanjangan tangan masyarakat Pande, berusaha tetap netralitas dan memediasi persoalan-persoalan yang sedang hangat di Pande ini,” kata Rifai saat menemui KabarSelebes.id usai gelaran musyawarah umum.
Rifai mengamati, jika sejak awal-awal bulan suci Ramadhan 1443 Hijriyah lalu, persatuan dan kesatuan serta kemesraan masyarakatnya, mulai terbelah.
“Persoalan ini bermula, kita adanya kasus rumah tangga Kepala Desa Pande yang bermasalah. Sehingga imbasnya, terjadi ketidakaktifan kades secara langsung di pemerintahan desa,” urai Rifai.
Bahkan, terjadi beberapa kali pelemparan rumah kasus yang dilakukan oleh oknum masyarakat yang sampai saat ini, belum terdeteksi pelakunya. Bukan itu saja, lahir juga perkumpulan organisasi kecil bernama Aliansi Masyarakat Usut Kepala Desa (AMUK) sebagai buntut buah kekecewaan sebagian masyarakat terhadap Kades Pande.
Musyawarah umum yang dikemas dalam tajuk Zona Integritas Dalam Desa itu lanjut Rifai, mendengarkan alasan sang kepala desa mengenai ketidakhadirannya selama satu bulan. “Kita menanyakan secara terbuka, apa alasan beliau sehingga semacam cuti panjang dari pemerintahan desa,” tanya Rifai.
Ketua AMUK H. Hamsi Ahadia, S.Pd dalam pernyataannya mewakili suara masyakarat yang berada di dusun satu dan dua mengatakan, secara umum masyakaratnya sudah tak memginginkan sang kades memimpin desa pecahan dari Desa Pande Lalap itu.
“Sembilan puluh persen lebih warga yang mendiamii kedua dusun ini tak lagi ingi dikepalai oleh kades sekarang. Apabila masih, makan kami tidak akan melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh desa. Dan ketika pelaksanaan shalat idul Adha mendatang, kami tidak bersedia lagi bergabung,” ancamnya panjang lebar.
Sementara itu, Camat Moutong Ramajanti Sumaga, S.Pd menjelaskan, bila masalah rumah tangga yang sedang dialami oleh kades sekarang, pemerintahannya tak mau ikut campur.
“Itu masalah rumah tangga mereka, biar kan mereka yang menyelesaikan. Kapan ada yang mencampuri, disitu masalah mereka akan semakin runyam. Biarkan kedua belah pihak yang menyelesaikannya,” tegas Ramajanti.
Mengenai masalah ketidakaktifan di pemerintahan desa, mantan Camat Bolano Lambunu dan Taopa itu mengemukakan, akan melakukan mengevaluasi dan berkoordinasi langsung dengan Bupati Parigi Moutong.
“Untuk menghadap bupati, minimal saya punya data dari sini. Misalnya surat dari BPD juga surat dari yang ditandatangani warga saya ini. Saya bersama bupati akan sama-sama akan mengkaji sejauh mana kades melakukan pelanggaran yang berhubungan dengan kestabilitasan Pemerintah Deaa Pande,” terangnya.
Dirinya mengharapkan kepada warga Pande tidak melakukan hal-hal yang mengarah kepada kriminal. “Saat ini tolong bantu saya, bantu jaga keamanan dan ketertiban. Jangan bikin masalaha yang bisa tergolong pidana, itu bukan menyelesaikan masalah malah menambah masalah,” imbaunya di hadapan sekitara 300an warga.
Ramajanti mengharapakan, masalah yang dikemukan dalam musyawarh ini hanya berkembang di lingkaran tempat musyawarah. “Saya mohon, jangan di kembangkan lagi di luar lapangan ini. Cukup sampai disini saja,” pintanya.
Sementara itu Kepaa Desa Pande Matlun mengklarifikasin soal dirinya dikatakan tak aktif menjalankan roda pemerintahan. Kata dia, masalah yang berkembang saat ini sudah di provokasi oleh oknum-oknum yang tak senamg sama dirinya.
“Inikan masalah rumah tangga saya, kenapa harus dikaitkan dengan pemerintahan.” Herannya.
Soal tidak hadir di setiap acara warga sambung Matlun, dirinya merasa tidak nyaman. Karena setiap ia keluar rumah, banyak suara-suara sumbang, bahkan caci makian yang dilontarkan kepada dirinya.
“Ini yang membuat saya sedih, kalo saya salah tidak di maafkan. Tidak apa. Tapi dimana perikemanusian bapak dan ibu tidak memaafkan saya,” tanya berurai air mata.
Matlun membantah soal rumor yang sedang hangat jika dirinya akan memberhentikan sekretaris desanya. “Itu sama sekali tidak benar. Demi Allah, saya tidak pernah mengucapkan akan memberhentikan sekdes,” tegasnya.
Secara garis besar Matlun tak ingin beradu argumen. Ia hanya mengatakan, semua permasalahan ini diserahkan kepada Camat Moutong dan Bupati Parigi Moutong. “Apapun hasilnya nanti, saya siapkan laksanakan. Jika saya pada akhirnya diberhentikan, saya siap. Tapi izinkan saya menjalankan pemerintahan ini sampai ada keputusan itu,” harap kades yang baru setahun jadi orang nomor satu di Desa Pande.
Diacara itu, Sekretaris Desa Syamsu Rijal sempat mengutarakan niat mengundurkan diri sebagai bentuk usahanya meredam kegaduhan ini. “Di tempat ini saya sampaikan kepada ibu camat dan warga, bahwa saya mengundurkan diri dari sekdes,” ungkapnya.
Rupanya, maksud hati Syamsu Rijal tak dterima oleh warga. Bahkan sempat terjadi ketegangan. Sebagian besar warga bahkan berdiri dan memprotes. Nampak warga dan pihak keamanan dari Polsek Moutong dan Koramil Mouting serta Linmas Pande berusaha melerai. Saling dorong pun tak terelakkan. Beruntung hanya dalam hitunga menit, suasana kembali normal.
Ramajanti langsung menenangkan suasana yang sempat memanas tadi. “Pak, memberhentikan sekdes itu tak mudah. Ingat dulu saya berusaha payah berjuang agar bapak ditunjuk jad sekdes. Ingat, ini tidak mudah memberhentikan sekdes. Mari kita sama-sama membangun desa ini,” imbaunya sekali lagi kepada Syamsul.
Spontan, warga pun bertepuk tangan dan suasana mencair kembali. (hcb)
Laporan : Hasan Cl. Bunyu