Tutup
Dunia Islam

Pemuda Alkhairaat Menuju Haul Guri Tua: Demam Tetap Jalan Meski Ketinggalan Jauh (2)

×

Pemuda Alkhairaat Menuju Haul Guri Tua: Demam Tetap Jalan Meski Ketinggalan Jauh (2)

Sebarkan artikel ini
Pemuda Alkhairaat memanfaatkan moment berfoto di tugu perbatasan Ampibabo-Siniu (foto:istimewa)

AMPIBABO, Kabar Selebes – Alarm handphone milik sang ketua Arfandi S.Lamaki,S.Pd.I,  berbunyi agak keras di hari Senin 09 Mei 2022 subuh. Jam pada dinding ruang tamu kediaman Sekretaris Desa Ogolugus Kec. Ampibabo Aswat S. Sawedi, menunjukkan angka 02:30 Wita.

Kompak, ke 16 pemuda Alkhairaat ini bangun dan merapikan barang yang di pakai tidur. “Ayo persiapkan semuanya. Satu jam ke depan kita berangkat,” perintah Fandi yang juga mantan Resimen Mahasiswa (Menwa) di IAIN (saat itu, red) Datokaroma Palu 2014.

Advertising

Bak pasukan, semua serentak menurut komandonya. Sang tuan rumah pun turut bangun. Saat hendak dibuatkan air panas, beberapa personil mulia ini, menolak. “Te usah ba repot-repot. Torang minum air putih saja dengan kurma ini,” tolak Agung sambil di iyakan yang lainnya.

Pantauan KabarSelebes.id di live streaming dari handphone bermerk Oppo A53S milik Arfandi, tampak saat pukul 03:29 Wita, timnya mulai start melanjutkan perjalanan.

Masih cerita Arfandi, baru satu jam mereka long march, tepatnya pukul 04:30, terdengar alunan adzan subuh dari corong masjid jami Alhidayah Desa Towera Kec. Siniu. Mereka pun singgah. “Pas kami singgah, rata-rata jamaahnya ta kaget liat torang ini. Rupanya dorang juga so tau niat kami ini,” tutur Fandi ketika berbagi kisah bersama media ini melalu aplikasi WhatsApp, sesaat setelah menunaikan shalat subuh.

Pemuda Alkhairaat pejalanan kaki ini sedang sarapan pag di Siniu (foto: Istimewa)

Usai itu, anak-anak muda kebanggaan desanya masing-masing tak langsung jalan. Ada yang memilih lanjut tidur dan ada yang bergegas ke kamar mandi. “Saya sampaikan sama teman-teman, kita lanjut jalan tepat jam enam pagi,” ungkapnya.

Ketika matahari masih agak redup, mereka pun memanfaatkan dengan  melanjutkan rute berikutnya. Tampak semuanya kelihatan segar akibat siraman air Desa Towera yang terkenal menyejukkan.

Mereka pun jalan dengan wajah yang berseri-seri. Sesekali di barengi dengan canda dan lawakan. ” Torang so baku-baku sedu sambil cerita-cerita lucu seputar kelakuan teman-teman yang menggelitik,” ucapnya sambil tersenyum.

Sayangnya, saat start dari masjid jami Towera, mereka tak lengkap. Gafur, salah satu tim pembawa bendera Alkhairaat, mengalami deman. Terpaksa bendera di “titipkan” sama Faizal.

Gafur pun harus berpisah dari tim. Ia di temani Abdul Muhid. Namun, Gafur menolak naik kendaraan. Ia secara tegas memilih melanjutkan jalan kaki, meski harus tertinggal jauh.

“Kami sepakat nanti tunggu dia di Desa Marantale, tempat kami nanti mampir shalat dzuhur sambil istirahat siang,” sepakat Fandi.

Padahal sambungnya, banyak warga yang menawarkan untuk diantar menggunakan kendaraan, tetapi di tolaknya. “Teman-teman so niat, bahwa apa pun yang terjadi, kami akan full jalan kaki sampe tiba di tempat haul,” janji Arfandi menirukan komitmen Gafur.

Tujuh puluh tujuh menit kemudian, mereka pun tiba di perbatasan Kec. Ampibabo dan Kec. Siniu. Tak menyia-nyiakan momen, melakukan swafoto.

Hanya kisaran 5 menit pasukan yang mengusung bendera kebangsaan merah putih, bendera Alkhairaat dan bendera majelis zikir ittihadul ummah ini bergerak. Syair lagu Guru Tua yang dilantunkan oleh ustadz Nawaian Abdullah, setia menemani perjalanan sejauh 30 menuju istirahat kedua di Desa Toboli Kec. Parigi Utara. “Syair Guru Tua ini menjadi cambuk semangat kami dalam menunjukkan bukti cinta kami kepada Guru Tua,” bangga Sa’ban, pasukan terdepan.

Sampai berita ini dirilis, ke 14 pemuda Alkhairaat ini sedang singgah di kediaman ustadz Syamsul Muarif sambil sarapan pagi dengan menu nasi kuning. Bersambung…. (hcb)

Laporan : Hasan Cl. Bunyu

Silakan komentar Anda Disini….