Mengenai soal kasus kekerasaan dalam rumah tangga (KDRT) hang jadi “tranding topic” di desa berpenduduk 700an jiwa itu, Matlun membantahnya. Dirinya memberikan hak jawab.
Kata Matlun, dirinya tidak melakukan kekerasan pada isterinya seperti yang beredar. “Bahkan isteri saya yang memukul saya pas di Sidoan dan banyak saksi. Tapi saya tidak memperpanjang masalah itu. Biasalah, dalam rumah tangga, kalo so emosi, pasti kita tidak terkendali,”, tuturnya.
Soal dikatakan cerita pemukulan di sepanjang jalan dari Sidoan ke Tinombo, lagi-lagi Matlun bercerita, jika di sepanjag jalan itu, dia mengakui ssmpat emosi dN membanting helm berlogo Srandar Nasional Indonesia (SNI) tersebut. “Coba bapak bayangkan, helm SNI saja saya banting di aspal tidak pecah. Bagaimana bentuknya jika helm itu benar-benar saya pake memukul isteri saya, pasti parah,” ucapnya dala. Hak jawab.
Parahnya lagi, masih kata Matlun, dirinya dikatakan menurunkan isterinya di jalan meninggalkannya. “Tidak mungkin itu pak, saya itu bawa anak saya yang masih berumur 3 tahun. Memang betul pas isteri saya turun, saya jalan sejauh 20an meter untuk singgah buang air kecil di pinggir pantai. Malah pas saya selesai kencing, motorku so tidak ada. Di bawa sama maetua,” jelasnya meluruskan.
Cuma, Matlun enggan untuk memperpanjang masalah ini. Dirinya lebih memilih berdiam diri untuk mendinginkan suasana. “Jujur pak, saya tidak ingin merasa benar dan juga merasa bersalah. Biarlah kami saja yang menyelesaikannya tanoa melihat orang lain. Karena ini masalah rumah tangga saya pak,” jawabnya.
Ketika keluar Mako Polsek Tinombo, aku Matlun, dirinya turut menyaksikan sang isteri yang ditemani oleh Om dan adik sepupu isternya itu. “Pak Kanit Reskrim yang antar langsung menggunakan mobil pribadi ke Pande pak,” saksinya. (hcb)
Laporan : Hasan Cl. Bunyu
