“Hanya saja ini kan urusan pribadi yang tidak ada hubungannya dengan roda pemerintahan. Ini berasal dari maetua (isteri red) yang berkoar-koar di luar. Terus ada oknum masyarakat yang memanfaatkan masalah ini sehingga menjadi kacau,” ucapnya menyayangkan.
Lelaki yang baru bertugas dua tahun sebagai kepala desa itu menyesalkan sikap oknum masyarakat yang menperkeruh keadaan. “Ada apa sebenarnya dengan baliho itu? Masyarakat yang suruh angkat kaki itu, yang mana? Kase jelas,” tanyanya penuh protes.
Matlun pun menyakini bahwa tidak semua yang tidak suka dengannya. “Tadi saja pak, saja ini turun ke Pande bagi-bagi Tunjangan Hari Raya dari pak Helmut (anggota DPRD Kab. Parigi Moutong). Keadaan biasa-biasa saja,” ucapnya.
Bahkan tambahnya, warganya menangis saat melihat dirinya hadir di tengah-tengah masyarakat Pande. “Ini bukti kalo sebenarnya di sini hanya normal-normal saja. Masyarakat saya cerdas. Mana urusan pribadi dan mana urusan pemerintah. Saya keluar kampung hanya untuk mendinginkan suasana. Insya Allah setelah, saya kembali membahas masalah ini bersama BPD dan masyarakat,” urainya panjang lebar.
Sementara itu, Camat Moutong, Ramajanti Sumaga, S.Pd menjelaskan pemerintah Kecamatan Moutong menunggu surat pernyataan dari BPD Pande.
“Saya belum bisa memprosesnya karena belum ada landasan hukum saya untuk menindak lanjuti hal itu. Jika sudah ada surat dari BPD, maka saya segera akan melanjutkannya ke Bupati Parigi Moutong untuk memprosesnya,” jelas mantan Camat Bolano Lambunu itu.
“Nanti jika sudah hasilnya saya akan sampaikan ke media ya. Kita doakan semoga urusan di Pande segera pulih,” lanjut Ramajanti sambil bergegas menuju motornya. (hcb)
Laporan : Hasan Cl. Bunyu