Nurcholish Madjid dalam “Islam Doktrin dan Peradaban” menulis, keikhlasan bukanlah yang statis, yang sekali terwujud akan tetap bertahan selamanya, melainkan dinamis, yang senantiasa menuntut kesungguhan pemeiharan dan peningkatan. Keihklasan lanjut Nurcholish, terasa pada tingkat pribadi sendiri (true to one’s) dalam komunikasinya dengan Sang Maha Pencipta (Al-Khaliq) dan usaha mendekatkan diri kepada-Nya. Selanjutnya, keikhlasan dalam beragama adalah juga bermakna keutuhan (integritas) diri yang paling mendalam, yang kemudian mengejawantahkan dalam akhlak mulia, berupa perbuatan baik kepada sesama. Itulah prinsip agama yang benar, dan itulah perintah Allah kepada hamba-Nya. (QS. Al-Bayyinah/98-5).
Menghapus trauma konflik Poso bukan perkara memberikan kepuasaan material ekonomi atau memenuhi hasrat politik. Menghapus trauma harus dapat menyentuh kedirian yang terdalam bagi siapa saja yang mengalami. Jalannya berupa pendidikan dan pengasuhan yang harus mendorong proses pendewasaan, yakni kemampuan untuk mendengarkan suara hati sendiri. Ini membutuhkan kearifan, hati nurani dan fikiran yang jernih.
Disinilah pentingnya MUNAS KAHMI di Palu. Dengan MUNAS ini, secara tidak langsung juga merupakan trauma healing kolektif bagi tidak hanya masyarakat Poso tapi juga masyarakat Sulawesi Tengah secara keseluruhan. Dengan ribuan orang kader HMI berkumpul di Sulawesi Tengah memberikan semacam suggesti kepercayaan diri bahwa masyarakat Sulawesi Tengah termasuk Poso tidak sendiri menghadapi berbagai musibah.(*)
Penulis : Salihudin
Alumni HMI Cabang Palu, Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako dan Paramadina Graduate School of Diplomacy, dan Pengurus MW Kahmi Sulawesi Tengah