Tutup
Sulawesi Tengah

Ketum PB Persaudaraan Indonesia Berdzikir Sebut Cara Ber-Islam yang Benar adalah Hidup Berdampingan 

×

Ketum PB Persaudaraan Indonesia Berdzikir Sebut Cara Ber-Islam yang Benar adalah Hidup Berdampingan 

Sebarkan artikel ini
Sosialisasi empat pilar kebangsaan, dan seminar nasional Islam tertua Nusantara Indonesia di Banggai. (Foto : Dita)

PALU, Kabar Selebes – Ketua Umum Pengurus Besar Persaudaraan Indonesia Berdzikir, Buya Dr Muhammad J Wartabone S Sos SH, M HI, yang merupakan anggota DPD-MPR RI, melakukan sosialisasi empat pilar kebangsaan, dan seminar nasional Islam tertua Nusantara Indonesia di Banggai, oleh Imam Sya’ban (168 Hijriah/792 Masehi), Sulawesi Tengah Serambi Haramain, yakni Serambi Mekkah dan Madinah. 

“792 Masehi ini adalah sebuah potensi untuk kita ungkap, sehingga dengan sendirinya kita akan menjadi Islam yang sesungguhnya. Hakekat orang Islam itu adalah mampu memasukkan rasa kegembiraan di hati orang lain. Rahmatan Lil Alamin,” tutur Muhammad J Wartabone, yang pernah menjadi santri di Pondok Pesantren Daruttauhid Malang Jawa Timur, di bawah asuhan Syaikh Abdullah bin Awad Abdun.  

Advertising

Menurutnya, cara ber-Islam yang benar adalah hidup berdampingan dengan siapa pun, selalu dalam keadaan damai. 

“Bagaimana kita ber-Islam ini, kita hidup berdampingan dengan siapa pun, dengan alam, dengan makhluk yang lain bukan manusia, kita juga harus damai. Saya kira itu substansinya,” tandas Muhammad J Wartabone.  

Sebagai penggagas kegiatan tersebut, ia menyatakan satu poin penting lainnya dari kegiatan seminar nasional tersebut, adalah memperkenalkan kepada dunia bahwa Islam tertua juga ada di Sulawesi Tengah. Bahkan Sulawesi Tengah juga memiliki peradaban yang lain. 

“Diantaranya megalith, ada raja Padi di dunia. Itu ada di Sulawesi Tengah. Sehingga Sulawesi Tengah ini, bisa kita katakan Sulteng Serambi Haramain, Serambi Mekkah dan Madinah,” terang Muhammad J Wartabone. 

Ia menyakini pelabelan Serambi Haramain bisa menjadi sebuah identitas bagi Sulawesi Tengah, untuk mendorong generasi penerus bangsa asal Sulteng, agar suatu saat nanti dapat menikmati fasilitas pendidikan gratis di negara-negara Islam. 

Dari seminar nasional yang dihadiri Susanto Zuhdi, Guru Besar Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UI, Dosen UIN Dato’ Karama Palu Syamsuri, dan Haliadi Sadi Dosen Sejarah Universitas Tadulako Palu, serta Muhammad J Wartabone sebagai narasumber, akan melahirkan beberapa hasil yang diharapkan. 

Diantaranya melahirkan ulama-ulama baru di Sulawesi Tengah, yang kehidupannya mencerminkan kehidupan-kehidupan ulama terdahulu. Selain itu juga dapat melahirkan rekomendasi untuk mensosialisasikan hasil seminar tersebut kepada kota dan kabupaten-kabupaten yang ada di Sulawesi Tengah, juga mendorong Imam Sya’Ban untuk ditetapkan sebagai cagar budaya yang dipelihara oleh negara, yang diawali dari Kabupaten Banggai, dan Provinsi Sulawesi Tengah.  

Terkait dengan sosialisasi empat pilar kebangsaan, menurut Muhammad J Wartabone, dilakukan sebagai sebagai salah satu tugas MPR untuk memasyarakatkan Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, Ketetapan MPR RI, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.(dit/mit) 

Laporan : Dita Yuliana 

Silakan komentar Anda Disini….