MI kini telah menyatakan, saat ini tidak lagi mau berhubungan dengan kelompok DPO MIT maupun simpatisan yang ada di Kabupaten Poso atau kelompok JAD Morowali.
“Berhubung saya sudah menikah dan kini hanya menumpang tinggal serta belum memiliki pekerjaan tetap terpaksa harus menjadi penjual BBM eceran demi menopang kebutuhan keluarga dengan cara halal,” ujarnya.
Saat ditemui di sela- sela aktivitas kesehariannya, MI juga bersedia membantu aparat keamanan khususnya polri dalam memberikan informasi terkait kegiatan radikal yang ada di Kabupaten Poso.
“Apapun yang terjadi dengan kesadaran diri sendiri tanpa paksaan maupun imbalan dari aparat keamanan maupun instansi lainnya,saya menyatakan diri tidak akan kembali bergabung dengan kelompok radikal baik yang ada di Poso maupun Morowali, ” tegasnya.
Harapan MI setelah bebas, bisa kembali ke masyarakat memulai kehidupan normal serta bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.
Selanjutnya, pemerintah melalui aparat keamanannya serta instansi yang berwenang akan hal radikalisme dan terorisme juga diharapakan bisa meningkatkan upaya peningkatkan dan memperhatikan taraf hidup para eks napiter yang ingin kembali ke pangkuan NKRI.
Selain itu juga, pemerintah harus terus menjaga hubungan silaturahmi serta pengawasan kepada eks napiter dari pihak keamanan baik dari Polri, TNI hingga pemerintah daerah.
MI juga mengimbau kepada masyarakat khususnya generasi muda wilayah Sulteng dan sekitarnya, untuk tidak mudah terpengaruh dan terhasut, baik melalui kajian-kajian keagamaan serta melalui pemberitaan di sosial media (Sosmed) terkait penyebaran paham radikalisme yang kian merebak. (maf)
Laporan : Mohammad Arief