HARI ini, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sulawesi Tengah (Sulteng) menggelar Konferensi ke-13. Konferensi adalah forum tertinggi di tingkat provinsi untuk memutuskan program kerja dan memilih kepengurusan yang baru untuk periode lima tahunan. Ketua Umum PWI, Atal Sembiring Depari dijadwalkan membuka konferensi tersebut.
Selama dua periode memimpin PWI Sulteng, Mahmud Matangara sudah banyak berbuat untuk kemajuan PWI Sulteng. Terutama dalam program peningkatan sumberdaya wartawan yang terkait dengan uji kompetensi wartawan (UKW). Nah, pengurus PWI Sulteng nanti, harus bisa berbuat lebih banyak lagi.
Pengurus baru PWI Sulteng kedepan memiliki tantangan cukup berat. Pengurus baru, tidak bisa lagi hanya bangga dengan nama besar PWI. Apalagi merasa eksklusif. PWI Sulteng harus bisa mengambil peran dalam setiap momen dan kesempatan. Dengan begitu, kehadiran PWI benar-benar bisa lebih dirasakan, tidak hanya bagi anggotanya, tetapi juga bagi masyarakat.
Ada banyak hal yang bisa dilakukan agar kehadiran organisasi ini bisa lebih terasa. Ke dalam misalnya, aktifkan gelaran pelatihan-pelatihan, diskusi-diskusi dan lain-lain untuk peningkatan sumber daya wartawan. Sedangkan keluar mengajak mitra kerjasama dalam kegiatan-kegiatan sosial dan lainnya. Dengan begitu, keberadaan PWI tidak hanya dirasakan oleh anggotanya, tetapi juga oleh masyarakat luas.
Selain itu, di era digitalisasi saat ini, PWI Sulteng juga dituntut harus bisa menyesuaikan diri. Maka, pengurus baru kedepan misalnya, paling tidak, bisa membuat website khusus untuk PWI Sulteng. Menghadirkan sistem digitalisasi administrasi, agar pengurusan administrasi bisa dilakukan secara online.
Di bidang advokasi untuk wartawan, juga masih perlu ditingkatkan. Advokasi wartawan anggota PWI, tidak mesti tampil hanya saat atau setelah anggota PWI terkena kasus. Memberikan pemahaman hukum terkait dengan pers dan kode etik wartawan juga termasuk bagian dari advokasi. Justru memberikan advokasi semacam ini jauh lebih baik dibandingkan setelah tertimpa masalah.
Hal lain yang perlu dibenahi adalah penataan kembali keanggotaan PWI Sulteng. Ini berkaitan dengan penertiban anggota. Sehingga yang terdaftar sebagai anggota PWI adalah benar-benar mereka yang berprofesi sebagai wartawan. Penataan keanggotaan harus dilakukan berdasarkan persyaratan yang sudah ditentukan, bukan atas dasar suka atau tidak suka.
Konferensi yang diadakan saat ini, adalah sarana untuk mencari figur “Ketua PWI” bukan “Ketua Kelompok”. Karena itu, figur yang menahkodai PWI Sulteng lima tahun mendatang, haruslah figur yang mampu menyatukan anggota. Bukan figur yang menjadikan anggota PWI berkotak-kotak. Karena pada dasarnya, PWI Sulteng adalah milik semua wartawan yang tergabung di dalamnya, bukan milik sekelompok orang.
Pada akhirnya setelah konferensi sore ini, kita akan sudah tahu siapa yang akan terpilih, siapa yang tidak. Siapapun yang akan memimpin PWI Sulteng kedepan adalah milik semua anggota PWI. Karena itu perlu kita dukung. Harapan kita semua, jangan sampai konferensi ini menimbulkan perpecahan. Selamat berkonferensi, teman-teman anggota PWI Sulteng (*)
Penulis adalah anggota PWI Sulteng dan Pemimpin Redaksi Metro Sulawesi
(Semua tulisan di luar tanggung jawab redaksi)