PALU, Kabar Selebes – Dalam beberapa tahun terakhir, terjadi perubahan cukup signifikan dalam pola gerakan organisasi yang membawa ideologi transnasional.
Ideologi asing atau ideologi transnasional ini ,telah melakukan upaya lebih jauh untuk membawa ideologi itu dalam konteks Indonesia, dan menjadikannya lebih mudah dipahami oleh muslim Indonesia.
Menyadari bahwa ide-ide yang mereka usung memiliki jarak dengan masyarakat Indonesia, sehingga pihak Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah mengajak para kalangan pemuda untuk membetengi diri menyikapi pemahaman ideologi Transnasional di Era Globalisasi.
Hal tersebut, dikemas dalam Dialog publik yang laksanakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Hukum Universitas Tadulako (Untad), Kamis (11/11/2021) di aula Fakultas Kedokteran UNTAD Jalan Soekarno Hatta, Kota Palu.
Kegiatan dialog publik dihadiri oleh Dr. Rahmat Bakri (Wakil Dekan bidang kemahasiswaan Fakultas Hukum Untad, Fadhel selaku ketua BEM Fakultas Hukum. Selanjutnya,Kasubdit IV Intelkam Polda Sulteng Komisaris Polisi (Kompol) Safruddin, dan Imran alias Imron Labuan Eks Narapidada Teroris (Napiter) kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso yang telah bebas bersyarat 2 November 2020 silam sebagai salah satu pemateri.
Dialog publik ini juga, dilaksanakan dalam rangka memperingati hari Pahlawan Nasional yang diselenggarakan oleh BEM Fakultas Hukum UNTAD dengan tema “Arus Balik Ideologi Transnasional Dalam Pusaran Gerakan Mahasiswa”.
Dalam kegiatan tersebut, Safruddin mewakili Kapolda Sulteng, memberikan materi terkait langkah-langkah yang harus dilakukan oleh mahasiswa dalam melakukan pergerakan agar tidak terjebak dalam arus balik ideologi trans nasional.
Dia menyebutkan, di Indonesia, ideologi ini diekspresikan dalam tiga model oleh penganutnya. Pertama adalah jaringan teroris yang melakukan aksi kekerasan, kedua adalah gerakan tanpa kekerasan, yang memiliki basis massa cukup besar serta format ketiga, adalah gerakan nirkekerasan konservatif sosial, yang mempromosikan kembali nilai-nilai konservatif ke dalam masyarakat.
“Bagi Indonesia,tantangan dari ketiganya datang dalam bentuk beragam. Teroris melakukan aksi kekerasan, kelompok kedua melakukan gerakan massa dan kelompok ketiga mengkampanyekan gaya hidup konservatif yang makin menarik bagi kalangan muda di Indonesia,” terangnya.
Namun, tetap diperlukan upaya pencegahan agar ideologi transnasional itu tidak semakin menunjukkan pengaruh di Indonesia.
Safruddin menjelaskan,ada beberapa langkah penting yang harus dilakukan para pemuda dan kalangan mahasiswa saat ini. Diantaranya memperdalam penerapan demokrasi agar mampu menjadi jawaban sehingga tidak beralih ke ideologi lain, penguatan organisasi muslim sebagai alur utama, menguatkan Indonesia sebagai negara Pancasila.
“Melanjutkan sistem reformasi pendidikan islam dan memperkuat peran perempuan pun penting dilakukan,” tandasnya.
Kegiatan dialog publik juga diisi dengan diceritakannya beberapa pengalaman dari Imran terkait keterlibatanya dalam aksi terorisme dengan melakukan doktrinisasi untuk merekrut warga Poso menjadi simpatisan dan pendukung pok MIT Poso.
Kegiatan, kali ini lanjut Safruddin,tidak lain merupakan dialog publik guna menyikapi adanya arus balik ideologi trans nasional yang berhubungan dengan gerakan mahasiswa.Selain itu,bahwa ideologi transnasional merupakan tantangan bagi generasi milenial di era Globalisasi saat ini.
Ideologi transnasional merupakan ideologi yang menyebar dan dianut oleh banyak negara akibat perbatasan ekonomi dan sosial antarnegara semakin kabur.
“Ini adalah tantangan kita bersama,oleh karena itu peran serta pemerintah serta kehadiran kalangan milenial sangat penting untuk mempertahankan idealogi Pancasila di Indonesia kedepannya,” pungkasnya.(*)
Laporan : Mohammad Arief