MOROWALI, Kabar Selebes – Sejumlah desa melaksanakan pemilihan kepala desa (Pilkades) secara serentak di wilayah Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.
Pesta demokrasi berskala lokal ini menjadi even khusus bagi masyarakat di tingkat desa. Tentunya memilih pemimpin yang sesuai dengan harapan dalam mewujudkan kesejahteraan warga dan kemajuan desa.
Pada Pilkades tahun ini sangat menarik dan menjadi perhatian publik di daerah Tepe Asa Moroso. Hasil Pilkades di sejumlah desa telah melahirkan kaum perempuan sebagai pemimpin atau kepala desa.
Seperti di Desa Padopado dan Desa Bakala, Kecamatan Bungku Selatan, serta salah satu desa di Kecamatan Wita Ponda. Ketiga desa di dua kecamatan itu telah sukses menggelar Pilkades dan menghasilkan kepala desa dari kaum perempuan.
Lebih mengejutkan lagi di Desa Padopado. Anak kandung mantan kepala desa, Melisa Nahrun, terpilih sebagai kepala desa dengan perolehan 171 suara dari satu calon lainnya sebanyak 161 suara. Yang tidak menggunakan hak pilih sebanyak 10 orang. Jumlah wajib pilih sebanyak 343 orang.
Nahrun Sahali adalah ayah kandung Melisa, yang merupakan mantan Kepala Desa Padopado selama 18 tahun atau tiga periode. Terpilihnya Melisa sebagai kepala desa telah menjawab harapan masyarakat Desa Padopado untuk mewujudkan kesejahteraan warga secara berkelanjutan.
“Syukur alhamdulillaah, pelaksanaan Pilkades di Padopado berjalan aman dan damai. Terpilihnya anak saya, Melisa, menjadi kepala desa itu sesuai keinginan warga masyarakat, karena hanya masyarakatlah yang menentukan. Saya sangat berterima kasih kepada seluruh masyarakat Padopado karena tetap menjaga keamanan dan kedamaian di desa,” ujar Nahrun di kediamannya kepada KabarSelebes.id pada Jumat (29/10/2021).
Demikian halnya Melisa Nahrun. Ia menuturkan rasa syukur atas pelaksanaan Pilkades yang berlangsung aman dan tentram, serta hubungan silaturahmi antarwarga tetap terjaga meski berbeda pilihan.
Dikatakan Melisa, dengan terpilihnya sebagai kepala desa bukan semata-mata karena ayahnya mantan kepala desa tiga periode. Tapi karena harapan warga yang mayoritas menginginkan kepala desa dari kaum perempuan. Olehnya dirinya mendapat amanah dan kepercayaan dari warga, khususnya ibu-ibu atau kaum perempuan di Padopado.
“Saya dianggap perempuan yang tidak bisa menjadi ‘imam’ bagi laki-laki. Tapi waktu kampanye saya sampaikan bahwa kita sudah memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing. Imam di masjid-masjid, kepala desa mengatur desanya, BPD mengurusi aspirasi warga, dan begitu juga yang lainnya,” ungkap Melisa.
“Perempuan juga bisa melakukan tugas yang dikerjakan laki-laki sesuai tanggung jawab yang diberikan dengan niat baik dan tulus untuk masyarakat. Mari kita bersama-sama membangun desa kita dan mensejahterakan masyarakat di Desa Padopadot,” ujarnya lagi.
Ia memberikan pesan, agar tali silaturahmi antarwarga Padopado tetap dijaga dan dipelihara meskipun berbeda pilihan saat Pilkades. Perbedaan adalah anugerah dari ALLAH Subhana Wa’ Ta’ala untuk meraih yang lebih baik ke depan.
Melisa adalah calon kepala desa terpilih yang masih sangat muda dan memiliki inovasi dalam membangun desanya. Ia juga tidak terlepas dari didikan ayah kandungnya yang tiga periode menahkodai Padopado. (ahl)
Laporan: Ahyar Lani