PALU, Kabar Selebes – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang membangun hunian tetap (Huntap) bagi warga terdampak bencana (WTB) memiliki berbagai persoalan sosial kemasyarakatan. Salah satunya adalah pengelolaan persampahan, khususnya sampah rumah tangga.
“Ini sebetulnya sarana pra sarana sudah didukung oleh PUPR sisa bagaimana nanti sumber daya manusianya sehingga untuk keberlanjutan program lingkungan untuk kota Palu dan Sigi itu harus memenuhi 5 aspek, Yaitu regulasi, Organisasi, pembiayaan, pemberdayaan masyarakat dan teknologi,” ujar Pakar Bank Sampah dari Makassar, Saharuddin Ridwan pada Kegiatan pengelolaan sampah Hunian tetap pascabencana di salah satu Hotel di Kota Palu, Rabu (8/09/21) kemarin.
Tak hanya itu, langkah-langkah pengelolaan persampahan pun harus menjadi perhatian dan kepedulian semua pihak terkait agar huntap yang sudah dibangun dapat terjaga kebersihannya, serta terhindarkan dari ledakan sampah yang dapat menimbulkan kekumuhan bahkan sumber penyakit.
Saharuddin menambahkan, untuk hal hunian tetap harus memiliki pola pengelolaan sampah dari sumber dalam membentuk kelembagaan masyarakat yang harus dilibatkan.
Menurutnya, masalah sampah organik ini dikelola atau dikembangkan, seperti sampah organik menjadi kompos. Selain itu dikelola menjadi magot untuk menjadi makanan ternak bagi ikan dan ayam, juga untuk sampah unorganik solusi adalah bak sampah.
Dengan demikian solusi ini mampu menyelesaikan permasalahan untuk di wilayah atau di lingkungan huntap. Sehingga kesimpulan secara teori menurutnya sudah diimpermentasikan. Tinggal bagaimana pihak PUPR dan Pemda untuk melihat kondisi yang berada di lapangan.
Saharuddin pun menyatakan siap membantu PUPR dalam pengelolaan sampah di lingkungan huntap.
“Bahkan saya pribadi siap untuk membentuk dan membantu upaya-upaya PUPR untuk meningkatkan kapasitas pengelolaan sampah di lingkungan huntap,” tutupnya. (am)
Laporan : Alsih Marselina